visit us: www.m.bagimunegeri.com
Anda terpukau dengan karunia-karunia rohani? Jika anda mendengar seseorang menyanyi dengan suara malaikat, apakah anda berkata, "Wah, pelayanan yang hebat!" Jika anda mendengar seorang pengkhotbah berbakat mengucapkan rangkaian kata-kata membentuk kalimat yang rapi cermat tersusun, apakah anda berpikir, "Wah, sungguh seorang penginjil yang penuh kuasa!" Ya... semua itu memang hebat... dan merupakan karunia Allah. Namun otoritas rohani bukanlah sekadar karunia!
Otoritas rohani ialah karunia Allah yang berkombinasi dengan kehidupan yang saleh; dan hanya timbul dari kehidupan yang taat kepada Tuhan. Hal ini hanya menjadi nyata melalui kehidupan doa dan kehidupan yang rendah hati. Bila anda memiliki karunia dari Tuhan dan mempunyai kehidupan yang mulia, maka Allah bebas mencurahkan kuasa-Nya atas kehidupan anda.
Salah satu ciri utama dari orang yang memiliki otoritas rohani adalah kehidupan doanya. Dalam Markus 9:29 Yesus menyatakan bahwa doa dan otoritas rohani adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Setelah para murid-Nya gagal mengusir setan-setan dari seorang anak, Yesus berkata "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa".
Apakah doa anda sekadar rangkaian kata-kata bagus, ataukah doa yang disertai kuasa Roh Allah karena anda berjalan dalam otoritas rohani-Nya? Keduanya berbeda bagaikan langit dan bumi. Kita tentu dapat mengucapkan doa yang kata-katanya bagus, namun apakah kita berdoa dalam kuasa Allah? Manakah yang anda inginkan? Janganlah anda puas dengan doa yang kata-katanya bagus, karena itu bukanlah yang terbaik. Kala anda berdoa dalam nama Tuhan Yesus, apakah surga... dan neraka mengakui adanya otoritas Allah dalam kehidupan anda?
Firman Allah berkata bahwa apa yang kita ikat di bumi akan terikat di surga, namun hal ini tidak terjadi dengan sekadar mengucapkan kalimat dengan kata-kata khusus di dalam doa seperti mengucapkan sebuah mantera atau jampi. Merumuskan doa dengan kata-kata yang tepat tidaklah menghasilkan otoritas rohani. Memang ada pengajaran yang menyatakan bahwa bila kita mengucapkan kata-kata yang tepat, maka kita akan memperoleh hasil yang kita harapkan. Sungguh mengherankan! Yang penting bukan sekadar rangkaian kata yang kita ucapkan, tetapi otoritas di balik ucapan itu... dan semuanya itu hanya datang dari Allah ketika Ia menganugerahkannya kepada kita.
Salah satu contoh terbaik mengenai orang-orang yang mencoba mengucapkan kata-kata yang tepat namun tanpa otoritas Allah dapat kita jumpai dalam Kisah Para Rasul 19:11-16. "Oleh Paulus Allah mengadakan mujizat-mujizat yang luar biasa, bahkan orang membawa sapu tangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat."
Itulah yang disebut kuasa! Otoritas Allah yang bekerja dalam kehidupan dan pelayanan Paulus ini menarik bagi ketujuh putra imam Yahudi. Mereka ingin meniru Paulus. "Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya 'Aku mengusir kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus'" (Kisah Para Rasul 19:13).
Tukang-tukang jampi itu memperhatikan bila Paulus mendoakan orang sakit maka terjadilah mujizat yang luar biasa. Orang-orang disembuhkan dan setan-setan terusir keluar. Mereka memperhatikan terus... sampai akhirnya mereka dapat merumuskan cara melakukannya, jadi mereka berkata, "Wah, sekarang kami tahu caranya agar mujizat-mujizat terjadi!" Rasanya amat sederhana - hanya dengan 'menggunakan' nama Tuhan Yesus.
Jadi mereka menggunakan kata-kata yang tepat ini dan hasilnya... bencana bagi mereka. "Tetapi roh jahat itu menjawab, 'Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?'" (Kisah Para Rasul 19:15).
Anda melihat disini bahwa mereka memiliki "rumusan"nya... tetapi mereka tidak memiliki otoritas rohani dalam kehidupan mereka! Mereka tidak bertindak dalam ketaatan terhadap panggilan Allah dan Firman-Nya dalam kehidupan mereka.
Karena tidak hidup bagi Tuhan, maka mereka tidak memiliki sifat-sifat ilahi. Kuasa Allah tidak dapat mengalir dan bekerja melalui mereka. Kenyataannya penyalahgunaan nama Yesus membawa hasil sebaliknya. Orang yang dirasuk setan itu menerjang dan menyerang mereka sehingga "mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka" (Kisah Para Rasul 19:16).
Peristiwa memalukan ini tersebar ke seluruh kota. "Hal itu diketahui oleh seluruh penduduk Efesus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, maka ketakutanlah mereka semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus" (Kisah Para Rasul 19:17).
Kita sering mengutip ayat dalam Matius 16:19: "...apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di surga..." Dengan perkataan kita ini, kita ingin mengikat iblis dan ... iblis bertanya, "Siapakah kamu di dunia ini?"
Memiliki otoritas rohani lebih daripada sekadar mengetahui bagaimana cara mengucapkan kata-kata yang benar. Juga bukan sekadar memiliki karunia-karunia. Ada orang yang telah menerima dari Tuhan karunia-karunia yang ajaib, karunia kesembuhan, karunia nubuat, dan... di kemudian hari mereka mulai hidup bergelimang dosa. Mereka mungkin saja masih mampu mempraktekkan karunia-karunia rohani tsb, namun otoritas rohani tidak ada lagi pada mereka. Otoritas rohani timbul dari kehidupan yang taat kepada Allah. Ya... muncul ketika dalam kehidupan ini kita mencari wajah-Nya, hidup dalam kerendahan hati dan terus-menerus berusaha untuk tumbuh dalam sifat-sifat rohani sehingga semakin "seperti Kristus". Bila kita menjalani kehidupan yang demikian, maka kita akan melihat kekuatan dan kuasa Allah memancar dalam kehidupan kita dan melalui kehidupan kita.
Otoritas rohani. Yesus memilikinya. Para rasul juga memilikinya. Apakah anda memilikinya dalam kehidupan anda? Aku percaya Allah ingin mencurahkannya bagi anda.
Dalam Matius 7:29 dicatat tentang Yesus demikian: "sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka."
Orang-orang yang duduk mendengarkan Yesus dibuat takjub. Apa yang menyebabkan mereka kagum dan takjub? Apa yang mengikat perhatian mereka sehingga mereka demikian terpikat? Mungkin pengupasan dari Yesus tidak jauh berbeda dibandingkan dengan apa yang disajikan oleh para ahli Taurat. Isinya mungkin tidak terlalu berbeda. Perbedaannya adalah Yesus mengajar mereka sebagai orang yang memiliki otoritas. Orang banyak itu menyadari adanya kuasa Allah dalam kehidupan-Nya.
Yesus tidak hanya mengajar dengan otoritas rohani. Ia hidup dalam otoritas Bapa. Allah juga ingin memberikannya dalam kehidupan anda, agar ketika anda berbicara, berdoa atau berkhotbah, maka semuanya hanya dengan kuasa-Nya.
Otoritas rohani tidak anda peroleh dari gelar kesarjanaan. Setiap orang, seperti para ahli Taurat, boleh jadi memiliki pelbagai gelar, namun belum tentu memiliki kuasa Allah dalam kehidupannya. Bila anda memilikinya, tentu orang-orang akan menyadarinya, tidak perlu anda memberitahukan hal ini sama sekali.
Suatu hari seorang pemuda datang kepadaku, "Pak Nease, anda menghalangi kemajuanku dalam pelayanan". Tentu aku berpikir bahwa hal itu tidak benar. Meskipun demikian aku berdoa kepada Allah karena tuduhan ini serius dan cukup membuatku gelisah.
Aku merasa bahwa Tuhan berkata kepadaku, "Bukan kau yang menghalangi... tetapi Aku". Alkitab berkata dengan amat jelas mengenai masalah penghormatan. "Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain" (Mazmur 75:7-8).
Peninggian tidak datang dari manusia melainkan dari Allah! Bekerjanya kuasa Allah oleh manusia hanya menunjukkan otoritas rohani yang sudah ada dalam kehidupan orang itu! Jika anda memang berjalan dalam kuasa Allah, tak seorangpun di muka bumi ini dapat menahan Allah bekerja dan berkarya dalam kehidupan anda.
Tak ada manusia ataupun setan neraka yang dapat menghentikan pengurapan tangan Allah atas hidup anda. Mereka mungkin bisa mengecohkannya untuk sementara waktu namun tak pernah bisa menghentikan berkat Allah! Dan jika dalam kehidupan pribadi anda, anda berjalan dalam otoritas rohani... Allah akan menempatkan anda dalam posisi yang lebih luas dan umum sehingga anda menjadi berkat bagi lebih banyak orang.
Kehidupan Yusuf merupakan teladan mengenai hal ini. Yusuf mengalami kuasa Allah bekerja dalam kehidupannya meskipun saat itu ia hidup sebagai budak, difitnah, dan dibuang ke penjara dengan semena-mena. Namun tak seorangpun dapat menghentikan kuasa Allah bekerja dalam kehidupannya karena ia berjalan dalam ketaatan dan kerendahan hati di hadapan Allah. Prinsip yang sama ini berlaku bagi anda.
Ijinkanlah Allah menempatkan anda pada posisi yang sesuai dengan tingkat kedewasaan dan pengertian anda. Jangan memaksakan diri mengejar posisi yang anda tahu di luar jangkauan rohani anda, karena hanya akan mencelakakan anda dan orang yang anda bimbing. Ingatlah Yusuf. Karena Yusuf melewati masa-masa sulit dengan sikap yang benar, maka pencobaan-pencobaan yang dialaminya justru mempersiapkannya untuk menerima otoritas Allah yang lebih besar bekerja dalam kehidupannya.
Dalam kehidupan Yesus, otoritas rohani datang melalui ketaatan-Nya, dan bukan sekadar karena karunia. Yesus memiliki kuasa rohani bukan hanya karena Ia Anak Allah, namun karena sebagai Anak Allah, Ia mengosongkan diri-Nya dan tidak menggunakan keilahian-Nya, serta hidup dalam ketaatan. Ketaatan dan kuasa rohani adalah hal yang berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
Dalam Yohanes 17:4 Yesus berkata tentang Bapa, "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya". Apa yang Yesus lakukan ketika Ia berada di muka bumi ini? Ia melakukan kehendak Bapa. Otoritas rohani selalu berjalan bersama dengan ketaatan.
Yesus berkata, "...sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak" (Yohanes 5:19b). Dapatkah anda berkata bahwa anda mengerjakan apa yang dikerjakan Bapa? Anda berkata-kata apa yang dikatakan-Nya? Begitulah jalur menuju kuasa rohani. Allah akan selalu mengurapi kehidupan yang taat. Ia akan selalu mengurapi orang yang mencari wajah-Nya - orang yang mendengar dan melakukan Firman-Nya. Memang dengan mata jasmani tidak selalu kita dapat melihat apakah orang ini memiliki kuasa rohani. Namun ingatlah, Allah melihat hati.
Sebagai contoh, aku ingin menceritakan mengenai khotbah terkenal yang tidak langsung diambil dari Alkitab tetapi merupakan bagian prinsip dari Alkitab. Khotbah ini berjudul "Orang-orang Berdosa dalam Tangan Murka Allah" yang disampaikan oleh Jonathan Edwards dalam tahun 1700-an. Tercatat sebuah peristiwa luar biasa terjadi ketika beliau menyampaikan khotbah ini. Tahukah anda bagaimana beliau menyampaikannya?
Jonathan Edwards bukan seorang pengkhotbah yang hebat, juga sama sekali bukan pembicara yang fasih. Karena penglihatan matanya buruk, maka beliau harus mendekatkan catatan khotbah ke matanya agar bisa membacanya dan... beliau membacanya, bukan mengkhotbahkannya. Beliau hanya membaca kalimat-kalimat yang telah ditulisnya. Apakah cara penyampaian khotbah yang demikian dapat disebut hebat?
Tetapi Roh Allah bekerja di tempat itu. Kuasa Allah sedemikian kuat sehingga jemaat tersungkur memeluk tonggak-tonggak dan pilar-pilar ruangan itu dan meratap karena mereka merasa seperti akan jatuh ke neraka! Mereka berteriak dan menangis karena mereka betul-betul merasa jilatan api neraka di lantai tempat mereka berpijak! Penyampaian khotabah yang bagus tidak akan menghasilkan pengurapan seperti itu! Khotbah itu disampaikan dalam kuasa yang demikian hebat karena khotbah itu berasal dari seorang yang berjalan dalam kuasa rohani... kuasa Allah.
Ada orang yang berpendapat bahwa bila berbicara dengan suara keras, maka kita memiliki kuasa yang lebih besar, Namun seringkali orang-orang berbicara lebih keras bukan karena mereka memiliki kuasa yang lebih besar. Orang-orang berbicara lebih keras karena mereka memiliki kuasa rohani yang kecil! Kekuatan suara bukanlah otoritas. Kefasihan berbicara juga bukan. Otoritas itu muncul dan bekerja melalui kehidupan yang saleh... kehidupan yang bersedia mentaati setiap perintah Allah yang diberikan kepada anda.
Sedikit saja orang yang mencapai tingkat kuasa rohani seperti yang Allah kehendaki untuk kita, karena kita sudah puas dengan bakat dan karunia yang ada pada kita. Kita puas dengan kejelian dan bakat kita. Kita puas dengan gaya kita. Apakah anda mau puas dengan sesuatu yang baik atau... anda menginginkan yang terbaik yang Allah ingin berikan dalam kehidupan anda?
Allah pernah memakai orang-orang sederhana untuk mempermalukan orang-orang berhikmat duniawi dan Ia tetap akan melakukannya lagi. Apakah di zaman ini anda salah seorang dari mereka yang sederhana dan rendah hati... yang dipakai oleh-Nya?
Apakah ini doa anda? Ya, Tuhan, berikan kepadaku kuasa rohani dan kemampuan untuk menyentuh kehidupan manusia meskipun tidak seorangpun di muka bumi ini mengetahuinya! Bila ini bukan doa anda, maka anda harus menjadikannya sebagai doa anda. Kita perlu terikat kasih dengan Yesus dalam jalinan kasih yang dalam sehingga kita melakukan apapun yang Ia perintahkan. Kita harus rendah hati dan taat secara mutlak, sehingga Allah dapat mengurapi serta memberkati kehidupan kita dalam kuasa Roh Kudus.
Dalam Matius 20:20-30, kita membaca pengajaran Yesus sendiri mengenai otoritas rohani dari Allah.
"Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus, "Apa yang kau kehendaki?" Jawabnya, "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam kerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu". Tetapi Yesus menjawab, "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya, "Kami dapat". Yesus berkata kepada mereka: "CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu dan di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya."
Kedua anak Zebedeus meminta kedudukan yang berotoritas kepada Tuhan Yesus karena orang yang paling berkuasa dalam sebuah kerajaan pasti adalah orang yang duduk di sebelah kiri atau sebelah kanan rajanya. Tetapi Yesus sendiri tidak dapat memberikan posisi otoritas ini kepada mereka. Mengapa? Karena dengan jelas Ia berkata, "...Aku tidak berhak memberikannya..."
Dalam tatanan dunia, para penguasa memperoleh kedudukan (tingkat kekuasaan) melalui kekuatan dan kemampuannya, atau bahkan dengan cara menguasai orang-orang yang dipimpinnya. Namun kerajaan Allah tidaklah demikian. Kuasa rohani tidak didapatkan dengan kekuatan. Kuasa sejati datang dari kerendahan hati dan pelayanan.
Pemuda yang kuceritakan tadi sebenarnya bukan berkata bahwa aku menghambatnya. Sebenarnya ia ingin berkata bahwa aku tidak memberinya kedudukan dalam pelayanan kami. Hal ini bukan hakku. Tugasku hanyalah menangkap isyarat tentang karunia dan kuasa yang Allah berikan bagi seseorang dan meneruskannya!
Tahukah anda apa yang kucari dari seseorang untuk penempatan dalam suatu posisi kepemimpinan? Aku mencari apakah ada kerendahan hati padanya? Apakah ia memiliki hati seorang hamba, artinya mau melayani? Bobotnya sama dengan bakat kepemimpinan yang tentunya memang diperlukan di sini. Pernah aku memilih sendiri seseorang untuk ditempatkan pada suatu posisi tertentu, dan ternyata hal ini merupakan kesalahan besar. Situasi ini mengajarku untuk membiarkan Allah yang memilih.
Jadi apa tingkat otoritas rohani anda? Apapun tingkatnya saat ini, Allah pasti ingin menambahnya. Ia ingin membuat anda berdaya guna dalam doa dan pelayanan. Seperti dalam kehidupan Yusuf yang semakin dipakai Allah setelah melewati proses pembentukan, demikian juga bagi anda tidak ada jalan pintas dalam proses pembentukan ini.
Satu-satunya cara memiliki otoritas rohani adalah melalui kehidupan yang saleh.
Tentang penulis: Wick Nease bergabung dengan Youth With A Mission (YWAM) sejak tahun 1971. Beliau adalah Direktur untuk Amerika Serikat bagian tengah. Beliau sering mengajar di sekolah-sekolah pelatihan LDM, juga mengajar tenaga pelayan kami secara ekstensif di Amerika Pusat dan Amerika Selatan serta Karibia. Wick, istrinya Jan dan tiga orang anaknya tinggal di Lindale, Texas, USA.
Sumber: Nease, Wick. 1989. "Spiritual Authority, How Do You Know If You Have It?" Lindale, Texas, USA: Last Days Ministries. Kode LD#110
aku ingin dipakai KRISTUS dalam otoritas NYA......"sanggupkan aku untuk hidup dalam ketaatan ya TUHAN"
Trims banyak. Saya sungguh merasa terberkati dg ulasan yg mencerahkan ini.