visit us: www.m.bagimunegeri.com
OLEH : KEITH GREEN
Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di hadapan Tuhan tentang nasib buruk mereka, dan ketika Tuhan mendengarnya, bangkitlah murka-Nya, kemudian menyalalah api Tuhan di antara mereka dan merajalela di tepi tempat perkemahan" (Bilangan 11:1).
Di zaman ini, menggerutu, mengomel dan mengeluh merupakan hal yang amat tidak kita pedulikan. Maksudku, setiap orang mengomel tentang suatu hal, bukan? Para suami mengeluh tentang istrinya dan para istri mengeluh tentang suaminya. Anak-anak bercerita kepada temannya tentang betapa jelek teman sebaya atau teman bermain mereka. Orang-orang Kristen menggerutu tentang sesamanya - bahkan tentang pemimpin jemaat!
Bangsa Israel memiliki kisah panjang tentang menggerutu dan mengomel. Anda dapat membaca kisah menyedihkan yang diakibatkannya pada kelima kitab pertama Perjanjian Lama. Harus kuakui, cukup lama aku tidak suka dengan kelima kitab itu. Karena kupikir di dalamnya penuh dengan berbagai peraturan. Amarah Allah bisa teramat dahsyat. Kadang-kadang Ia mengirim wabah atau api dari langit. Dalam Bilangan pasal 16 anda dapat membaca tentang "Pemberontakan Korah" ketika bumi terbelah dan 250 orang yang mengeluh tentang Musa dan Tuhan, tiba-tiba saja ditelan hidup-hidup oleh bumi yang ternganga itu. Sungguh hukuman berat!!
Kini zaman Perjanjian Baru - bila dibandingkan, seolah-olah lebih mudah. Kita diberi Hukum yang baru untuk kita pegang. Hukum kasih dan kebebasan. Sebagai orang Kristen baru, tidak pernah kudengar apapun kecuali "kasih, anugerah, pengampunan dan belas kasihan" yang teramat agung, yang tanpa semua itu aku akan binasa! Tetapi kulanjutkan terus pembacaan ayat-ayat Perjanjian Baru; dan benar-benar membuat aku berpikir keras. Yesus juga menyampaikan pernyataan-pernyataan yang kuat tentang mentaati hukum Allah.
Yesus menegur penduduk tiga buah kota dimana Ia mengajar dan melakukan banyak mujizat. Ia sama sekali tidak sedang mencoba memenangkan kontes popularitas ketika Ia berkata, "Celakalah engkau... jika di Tirus dan Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung..., dan... jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan daripada tanggunganmu" (Matius 11:21-24). Dengan kata lain, "Bila Aku tidak menghakimi kamu berdasarkan apa yang kamu ketahui, maka Aku harus mengampuni Sodom dan Gomora".
Maksudku bukanlah "lebih baik anda taat, atau kalau tidak, maka Allah akan menghukum anda!" Tidak demikian hati Allah. "Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setiaNya" (Mazmur 145:8). Maksudku mereka yang hidup pada masa Perjanjian Lama boleh jadi memiliki persyaratan yang lebih keras, namun mereka akan mengalami penghakiman yang lebih mudah daripada kita yang hidup pada masa Perjanjian Baru. Mengapa?
Pada masa Perjanjian Lama, Roh Allah hanya datang dan diam atas orang-orang tertentu, dan menguasai mereka agar melakukan perbuatan-perbuatan besar. Namun Roh Allah tidak diam dalam mereka untuk membantu mereka memenuhi hukum-hukumNya! Sekarang ini, di bawah hukum kasih dan kebebasan, Roh Kudus diam dalam diri kita untuk menolong kita memegang hukum-hukumNya. Yakobus berkata, "hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja, sebab jika demikan kamu menipu diri sendiri... Tetapi barang siapa meneliti hukum yang sempurna,, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya... ia akan berbahagia oleh perbuatannya." (Yakobus 1:24-25).
Yang ingin kutekankan adalah: Sekali Allah menuntun kita keluar dari kehidupan lama yang berdosa oleh RohNya ke kehidupan baru, maka kita harus waspada sehingga tidak berbalik kembali.
Kutemukan tanda-tanda peringatan penting sepanjang pembacaan kitab-kitab Perjanjian Lama seperti kitab Bilangan. Tanda peringatan ini menyingkapkan bahwa bila anda berbalik kembali, maka anda tidak lagi dipimpin dan dikendalikan oleh Roh Kudus. Tidak lagi berjalan maju ke depan bersama Allah.Seolah-olah hal ini merupakan dosa kecil yang "sepele". Malahan ada orang-orang yang berpikir bahwa ini sama sekali bukan dosa! Aku sedang berkata tentang menggerutu dan mengomel.
Sebelum membahas lebih dalam mengenai sikap mengeluh orang Israel, aku ingin memasang fondasi yang kokoh. Walaupun hal ini sederhana, namun penting. Seperti sudah kukatakan, kita berpikir bahwa Allah tidak akan keras terhadap kita seperti terhadap mereka. "Hai, aku kan hidup di zaman anugerah! Allah tidak memegangi daftar dosaku. Khususnya untuk masalah sepele seperti menggerutu kecil-kecilan..."
Namun perjalanan bangsa Israel di padang gurun mengungkap sikap di balik keluhan-keluhan mereka yang ternyata benar-benar merupakan dosa serius! Mari melihat tiga keluhan yang bisa membawa kita menuju kesulitan yang lebih besar. Jujurlah dan lihatlah kalau-kalau anda menemukan diri anda dalam peristiwa-peristiwa yang dituliskan dalam kitab Bilangan.
Bilangan pasal 11 menyingkapkan gambaran tentang apa yang Allah dan Musa harus hadapi ketika berusaha menuntun umat Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. "Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di hadapan Tuhan..." Bukan hanya Musa yang harus mendengar keluhan mereka, tetapi Tuhan juga.
Kita sering lupa bahwa Tuhan mendengar setiap ucapan kita. Ia bahkan tahu setiap hal yang kita pikirkan. Seperti Daud berkata, "Engkau mengerti pikiranku dari jauh... sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya semuanya telah Kau ketahui, ya Tuhan" (Mazmur 139:2-4). Anda tidak bisa menyembunyikan sikap jelek anda dari Allah. Lebih baik anda mengatasi hal ini tuntas sampai ke akarnya. Apa akar dari keluhan mereka?
Orang Israel mulai mengidam-idamkan makanan selain daripada makanan yang disediakan Tuhan yakni manna. Mereka meratap, "Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat pada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih." Betapa bernafsunya mereka. Sebut saja Nafsu Mesir. "Tetapi sekarang selera kita hilang... tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja yang kita lihat" (Bilangan 11:4-6). Akar keluhan mereka adalah nafsu kedagingan. Mereka lupa bahwa mereka tidak layak menerima apapun! Allah memberi mereka roti tanpa harus bekerja. Benar-benar gratis! Yang hanya harus dilakukan adalah keluar dari perkemahan dan memungutnya setiap pagi! Namun tanggapan tanpa syukur mereka adalah: :Apa? Manna lagi? Makanan kita hanya manna dari langit yang tidak memuaskan ini. Roti ajaib? huh... Kami ingin kembali ke Mesir!"
Jangan tergesa-gesa menghakimi orang-orang ini. Dalam Yohanes pasal 6 Perjanjian Baru kita membaca pemimpin Yahudi yang mengeluh tentang Yesus. Bahkan para murid-Nya menggerutu atas ucapan-ucapan-Nya. Yesus berkata, "Akulah Roti Hidup. Barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ita tidak akan haus lagi... Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati... jika seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." (Yohanes 6:35,49,51). Setelah itu, "banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia" (Yohanes 6:66).
Di zaman ini setiap hari orang berdoa, "Tuhan Yesus, masuklah dalam hatiku, jadilah Juruselamatku. Amin!" Lalu beberapa minggu kemudian, ketika calon teman hidup atau mobil baru yang mereka dambakan tak kunjung datang, maka mereka mulai menengok ke belakang. Mereka tidak sadar bahwa salib mempunyai dua sisi. Sisi kematian dan sisi kebangkitan. Banyak orang hanya menginginkan sisi kebangkitan. Lebih buruk lagi mereka hanya ingin memasangkan bantal dan lampu pada salib itu. Sesuatu yang benar-benar enak dan nyaman. Itu tak mungkin. Salib itu menyakitkan. Jadi mereka mulai berpikir, "Damainya tidak dapat kurasakan lagi. Di manakah damaiku?"
Lalu segera mereka berpikir, "Kupikir akan merupakan pengalaman yang menggembirakan. Sebelum berdoa untuk menerima Yesus, aku dapat memperoleh apa saja yang aku inginkan. Permulaan yang membosankan." Lalu mereka mulai mengeluh kepada Tuhan, "Aku tahu mungkin Engkau memang Roti Hidup, tapi kini aku sedang lapar akan teman-teman lamaku, cara-cara lamaku, kehidupan lamaku..."
Bukan berarti Allah tidak cukup sabar bila mendengar doa keluhan kita. Namun kadang-kadang ia mengijinkan kita mendapatkan tepat yang kita doakan. Ya, Allah kadang-kadang menjawab dan mengabulkan doa yang kedagingan. Namun kujamin anda tidak akan menyukai hasilnya.
Orang-orang Israel mengeluh atas manna dan mereka menuntut daging, dan Tuhan berkata Ia akan memberikan daging untuk mereka makan. Lalu di sana-sini orang-orang berkata, "Hai, keluhan kita berhasil! Kita harus makin sering mengeluh!" Tuhan berkata, "Bukan hanya satu hari kamu akan memakannya... tetapi genap sebulan lamanya, sampai keluar dari dalam hidungmu dan sampai muak - karena kamu telah menolak Tuhan yang ada di tengah-tengah kamu... dengan berkata" Untuk apakah kita keluar dari Mesir" (Bilangan 11:19,20).
Tuhan mengetahui isi hati mereka. Mereka menolak Dia demi selera makan mereka. Jadi Ia memberikan apa yang mereka pikir mereka inginkan. Allah mengirimkan angin untuk membawa burung puyuh dari seberang laut dan menutupi permukaan tanah setinggi dua hasta (hampir semeter) dan seluas sehari perjalanan jauhnya ke segala penjuru. Kota Puyuh! Tak usah disebutkan apa yang dibawa burung-burung puyuh itu. Benar-benar cukup untuk sebuah jawaban doa! "Lalu sepanjang malam itu dan sepanjang hari esoknya bangkitlah bangsa itu mengumpulkan burung-burung puyuh itu setiap orang sedikit-dikitnya mengumpulkan sepuluh homer*" Jadi dapat anda bayangkan berapa banyak yang dikumpulkan oleh setiap orang untuk diri mereka. Umat Allah yang benar-benar kedagingan. (*Homer adalah ukuran yang dipakai di zaman Ibrani kuno. Untuk benda padat, 1 homer = 10 efa = 10,5 bushel (1 bushel = 35,24 liter). Untuk cairan, 1 homer = 10 bat = 100 gallon (1 gallon = 3,785 liter)).
"Selagi daging itu ada di mulut mereka, sebelum dikunyah, maka bangkitlah murka Tuhan terhadap bangsa itu dan Tuhan memukul bangsa itu dengan suatu tulah yang sangat besar. Sebab itu dinamailah tempat itu Kibrot-Taawa, karena di sanalah dikuburkan orang-orang yang bernafsu rakus (Bilangan 11:33-34).
Nama ini sebenarnya bermakna "kuburan keserakahan". Allah menjawab doa keluhan mereka dengan limpah, dan mereka menambah kenistaan pada luka mereka. Tidak ada pujian, syukur, percaya dan iman. Hanya ada keserakahan. Amat banyak orang yang mati dalam bencana ini.
Apakah anda gelisah dalam kehidupan iman anda karena anda belum melihat jawaban atas beberapa doa penting anda? Apakah anda masih menggerutu karena anda percaya Allah untuk suatu hal yang anda perlukan dan anda merasa Ia tidak memperhatikan? Apakah anda merindukan jalan yang biasanya atau umumnya terjadi? Apakah anda masih tidak bersyukur atas hal-hal yang Tuhan telah berikan kepada anda?
Jangan ijinkan kedagingan anda menang atas Roh anda dan membawa anda menuju kematian iman, - atau lebih buruk lagi, menuju ke arah langsung menolak Tuhan.
Kitab Bilangan juga mengungkapkan keluhan berbahaya lainnya yang bisa mengubur kita seperti akibat sebuah bom waktu yang suatu saat akan meledak.
Dalam Bilangan 12:1 dikatakan, "Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kusy yang diambilnya..." Kelihatannya keluhan mereka rupanya mengenai Musa memilih istri non-Yahudi. Kita tahu bahwa Musa adalah seorang yang hidup dalam doa, yang erat bersekutu dengan Allah, dan rupanya Allah mengijinkan Musa menikahi wanita itu.
Miryam dan Harun menghakimi Musa dan ketika mereka mulai mencetuskannya, maka keluhan yang sebenarnya terungkap jelas.
Tepat pada ayat berikutnya mereka berkata, "Sungguhkah Tuhan berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?"
Tidak perlu anda menggali lebih dalam untuk melihat dosa cemburu ini. Allah telah meninggikan Musa ke posisi kepemimpinan yang mulia dan terhormat. Saudara serta saudarinya tidak bisa menerimanya! Keluhan mereka bukan bersumber pada nafsu fisik seperti orang-orang yang menuntut makan daging. Mereka mengeluh karena ego yang lapar.
Sayang sekali ego tidak punah dengan ditutupnya Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Baru, orang-orang Kristen seperti kita memiliki problem ego gaya Perjanjian Baru. Maksudku kita kadang-kadang menjadi cemburu dan mengeluh atas saudara-saudari seiman kita yang terlibat dalam pelayanan pada saat yang sama. Salah seorang teman ditempatkan pada posisi kepemimpinan dan anda berharap sahabat lain bergembira seperti halnya Paulus berkata, "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita" (Roma 12:15).
Sering tanggapannya adalah ego yang terluka. Lalu gerutupun dimulai. "Mengapa dia yang dipilih memimpin Pemahaman Alkitab? Aku menjadi Kristen lebih dulu daripada dia. Aku yang membimbingnya datang kepada Tuhan! Kemarin saja ia memerlukan waktu 5 menit untuk menemukan kitab Hagai."
Yang menyedihkan hati, kita cemburu atas pengkhotbah, guru atau mereka yang melayani di mimbar karena kita melihat orang-orang mengagumi dan memuja mereka. Kita merasa layak tersinggung, padahal bila kita jujur maka kita harus mengakui bahwa sebenarnya kita menginginkan kehormatan dan kekaguman yang sama seperti diberikan oleh orang-orang kepada mereka. Mungkin anda tidak pernah menyadari inti masalahnya, yakni kadang-kadang kita juga ingin dipuja!
Yesus harus menyatakan adanya masalah ini di antara 12 orang terdekat-Nya tepat pada malam sebelum Dia disalibkan. Dia baru saja menyatakan bahwa sebentar lagi Dia akan wafat, dan apakah mereka sedih? Tidak. Seminggu sebelumnya mereka melihat Dia dipuja sebagai raja ketika memasuki kota Yerusalem dan kini mereka berdebat tentang siapa yang akan menjadi yang terbesar dalam Kerajaan-Nya (Lukas 22:24). Seandainya aku yang menjadi guru mereka, maka aku akan mencari 12 murid baru! Tetapi Yesus mengambil sehelai kain dan menuangkan air ke dalam sebuah baskom, lalu Dia membasuh kaki mereka satu demi satu seperti halnya seorang hamba. Lalu Dia berkata, "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu" (Yohanes 13:12-14).
Apakah anda mengeluh karena tidak ada orang yang mengerti karunia dan bakat atau kemampuan anda? Apakah anda menggerutu karena seseorang di sisi anda mendapatkan perhatian dan pujian?
Paulus memperingatkan sekelompok orang Kristen demikan, "Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah supaya jangan kamu saling membinasakan" (Galatia 5:15). Gerutu karena kecemburuan sama seperti kanker yang membinasakan.
Allah mengijinkan Miryam dan Harun merasakan 'kanker' akibat gerutu mereka. Dalam amarah-Nya, Tuhan menghukum Miryam dengan kusta, yakni penyakit kanker untuk zaman itu (Bilangan 12:10). Meskipun Tuhan mentahirkan Miryam dari kusta, namun Harun dan Miryam tidak diijinkan masuk ke Tanah Perjanjian "karena pemberontakan ini" (Bilangan 20:24).
Pengajarannya jelas. Kadang-kadang keluhan kita berasal dari ego kita yang lapar, yang belum kita serahkan kepada Tuhan. Bila anda menggerutu karena orang lain tidak mengenali bakat anda, maka serahkanlah ego anda kepada-Nya sebelum hal ini tumbuh menjadi seperti kanker yang menggigit dan menelan sesama saudara dalam Kristus dan membinasakan Roh anda.
Penyerahan sepenuhnya kepada Allah akan mengijinkan Allah membersihkan anda. Lalu anda akan siap menempati suatu posisi dalam Kerajaan-Nya.
Dalam Bilangan 13, kita membaca tentang keluhan melawan Musa dan Harun benar-benar memanas. Yang perlu kita pelajari adalah cara mereka menghadapinya.
Atas perintah Tuhan, 12 orang diutus sebagai mata-mata untuk mengintai tanah Kanaan. Musa tidak mengutus orang-orang sembarangan. Yang diutus adalah para pemimpin suku. Yosua dan Kaleb memimpin mereka melewati Yordan untuk melihat keadaan tanahnya serta seberapa keras mereka harus berjuang melawan penduduknya. Mereka kembali dengan membawa setandan anggur yang sedemikian besarnya sehingga diperlukan dua orang untuk memikulnya. Mereka juga kembali dengan dua macam laporan yang berbeda sekali. Kaleb penuh iman. Kaleb berkata, "Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya" (ayat 30).
Tetapi selain Yosua dan Kaleb, yakni sepuluh utusan lain "menyampaikan kepada orang Israel kabar buruk..." Mereka berkata, "Suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya." Mereka mengisahkan dongeng tentang suku bangsa raksasa yang disebut Nefilim dan diri mereka seperti belalang dibandingkan dengan bangsa raksasa itu. Mereka kehilangan pegangan karena mata mereka tidak tertuju kepada Allah sehingga mereka membawa laporan buruk tentang Tanah Perjanjian.
Satu-satunya yang mereka tahu adalah mengeluh... dan mereka mengeluh sepanjang malam itu. Pagi harinya mereka menggerutu melawan Musa dan Harun. Bangsa itu ingin membunuh Musa dan Harun, memilih pemimpin baru dan kembali ke Mesir. Alangkah bodohnya. Apakah mereka berpikir bahwa Allah akan membelah kembali Laut Merah agar mereka bisa menyeberang? lalu apakah orang-orang Mesir akan senang menyambut mereka setelah tentaranya tenggelam di laut itu?
Meskipun demikian, orang-orang itu ingin membunuh Musa dan Harun, dan tepat sebelum batu beterbangan ke arah mereka, "Tampaklah kemuliaan Tuhan kepada semua orang Israel" (Bilangan 14:10). Allah menyarankan pemecahan masalah kepada Musa, "Aku akan memukul mereka dengan penyakit sampar dan melenyapkan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang lebih besar dan lebih kuat daripada mereka" (ayat 12). Allah menawarkan Musa perjanjian seperti terhadap Abraham! Ini kesempatan besar bagi Musa.
Tetapi bagaimana tanggapan Musa? Musa malahan berdoa untuk umat yang suka mengeluh dan memberontak ini. Dia berkata, "Ampunilah kiranya kesalahan bangsa ini sesuai dengan kebesaran kasih setia-Mu, seperti Engkau telah mengampuni bangsa ini mulai yang dari Mesir sampai kemari (ayat 19). Musa melakukan tepat seperti yang Yesus perintahkan untuk kita lakukan ketika Dia berkata, "Tetapi Aku berkata kepadamu: kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga..." (Matius 5:44, 45).
Anda ingat Saul? Anda pikir doa seperti apa untuknya dalam perjalanan ke Damaskus? Saul adalah pembunuh dan penganiaya orang Kristen, ia mungkin paling kejam di daerah itu. Orang-orang Kristen menjerit di bawah telapak kakinya. Allah kemudian mengubah Saul menjadi manusia baru dengan nama baru pula. Di kayu salib itu, ketika Yesus dicambuki, diludahi dan dijauhi oleh sahabat-sahabat-Nya yang amat dekat, Dia berdoa, "Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34).
Ada perbedaan nyata antara orang-orang yang mengaku bahwa dirinya adalah pengikut-pengikut Yesus dengan orang-orang yang memang pengikut sejati. Musa memohon agar Allah mengampuni umat Israel, dan mengingatkan Allah akan belas-kasih-Nya. Dengan kata lain, "Bila Engkau membunuh umat pemberontak ini, maka akan membuat Kemuliaan-Mu dipertanyakan di antara bangsa-bangsa lain di daerah ini." Musa seorang yang tidak egois, ia sedang berdebat dengan Allah. Apakah Allah perlu diingatkan akan sifat-Nya? Bukan! Tetapi Allah perlu mengingatkan kita agar percaya akan sifat-Nya. Allah tidak segera menghukum mereka, namun di antara generasi ini, hanya Yosua dan Kaleb yang dituntun masuk ke Tanah Perjanjian.
Melangkah masuk ke Padang Gurun Iman adalah langkah satu arah. Tidak ada jalan kembali
Green, Keith. 1987. "Grumbling and Complaining - So you wanna Go Back to Egypt". Lindale, Texas, USA: Last Days Ministries. Kode : (LD#60).
Thanks y kak sudah kasitahu informasiny. Blog kk sangat membantuku dalam membuat PR.