visit us: www.m.bagimunegeri.com
Iman Anda lemah? Anda bingung karena Anda sudah berdoa dengan iman, namun tidak juga Anda dapatkan hasil dari doa Anda? Anda sudah rajin berdoa meminta sesuatu dan percaya sepenuh hati, tetapi permintaanmu tidak menjadi kenyataan. Dan lebih jelek lagi, hal sebaliknyalah yang justru terjadi. Orang yang Anda kasihi tidak sembuh. Kerinduan hati Anda tidak terkabul, atau terkabul.... namun tidak sampai memuaskan hati. Mujizat yang Anda perlukan tak kunjung tiba. Waktu berlalu... namun masalah Anda tetap saja tidak terpecahkan.
Pada saat seperti ini, yang paling buruk adalah ketika Firman Allah seolah-olah menguji Anda. "Tak ada yang mustahil bagi orang yang percaya". "Mintalah dengan tidak bimbang, dan hal itu akan terjadi." "Apapun yang kamu minta dalam iman, percayalah, dan kamu akan mendapatkannya." Anda menetapkan hati untuk memegang janji-janji Tuhan itu. Anda tahu Allah bukanlah pembohong, dan Dia tidak 'menggoda' Anda dengan hal-hal yang tidak bisa Anda jangkau... Anda berusaha... dan berusaha untuk percaya sungguh-sungguh. Kadang-kadang Anda bingung, entah karena jawaban doa yang tertunda atau karena tidak ada jawaban sama sekali.
Menurut pengajaran orang-orang tertentu, hanya ada dua alasan yang menyebabkan Anda tidak memperoleh apa yang Anda minta, yaitu karena iman Anda tidak mantap, atau karena ada suatu dosa dalam kehidupan Anda. Anda dibuat percaya bahwa Allah harus menahan jawaban doa sampai iman Anda cukup (memuaskan Dia). Kualitas maupun kuantitas iman Anda belum mencapai kriteria Allah agar doa Anda dijawab.
Anda dibuat percaya bahwa karena diharuskan oleh Firman-Nya maka Allah harus mengabulkan setiap permintaan pada saat Anda bisa mencapai titik puncak iman yang layak. Hal itu meliputi: membuang semua pikiran, kata-kata, pengakuan yang negatif dari perbendaharaan kata-kata Anda. Ah... Anda tidak boleh menyinggung perasaan Allah. Dia hampir saja mengabulkan keinginan hati Anda! Tapi... wah! Anda mengucapkan pengakuan yang negatif. Anda berkata salah sehingga Allah tidak jadi mengabulkan permintaan Anda! Hampir saja Anda mendapatkan jawaban, tapi... tidak jadi.
Saudaraku, pengajaran seperti itu sungguh bodoh, bahkan merupakan tamparan bagi Bapa Surgawi yang begitu arif dan penuh kasih. Ke manapun aku pergi, selalu aku berjumpa dengan orang-orang Kristen yang takut salah berkata-kata dan akibatnya akan menghalangi aliran berkat, seolah-olah Allah bergantung pada setiap kata yang diucapkan anak-anak-Nya dan Allah mengamat-amati serta siap sedia menampar setiap orang yang mengatakan sesuatu yang tidaklah pantas.
Kemanapun aku pergi, selalu kujumpai orang-orang Kristen yang imannya kandas karena kecewa dan sakit hati. Mereka menerima ajaran "iman" yang membuat mereka percaya bahwa mereka akan mendapatkan setiap hasrat hati tergantung hanya pada tepatnya rumusan iman mereka. Amat sederhana. Mereka ditantang untuk mulai meminta kehidupan yang makmur, kesehatan yang sempurna dalam Tuhan, bahkan meminta apapun yang bisa terpikirkan dan terbayangkan oleh otak mereka. "Bayangkan dengan daya imajinasimu, lalu percayalah", demikianlah anjuran itu membahana. Mereka didesak agar menghapuskan dari pikiran mereka semua pemikiran tentang kesusahan, kesakitan, kemiskinan, pokoknya segala sesuatu yang negatif. Mereka terpesona oleh kesaksian-kesaksian tentang rekan-rekan lain yang memperoleh mobil baru, rumah, pekerjaan, busana mewah bertabur manik-manik indah, cincin berlian... segala keinginan hati... semuanya tidak mustahil melalui iman yang positif.
Namun bila hal demikian tidak terjadi, malah sebagai ganti kemakmuran, mereka terlibat banyak utang, bukan sembuh malah masa-masa pencobaan, tangis, kepedihan, kesedihan... dan mereka bingung! Apa yang terjadi? Hal ini terjadi bagi pengajar itu. Menjadi kenyataan bagi penginjil itu. Dia makmur. Dia mendapatkan apapun yang diinginkannya, bahkan tepat pada saat dia menginginkannya. Lalu timbul pertanyaan-pertanyaan ini, "Ini berlaku untuk orang lain, mengapa bagiku tidak?" "Apa kesalahanku? Pasti ada kesalahan pada diriku, imanku lemah dan tidak sempurna. Pasti ada dosa tersembunyi yang menghalangi jawaban doaku."
Aku ingin membagikan beberapa pemikiran tentang iman dan kasih, dengan harapan dapat menyembuhkan Anda. Aku percaya bahwa melalui mujizat-Nya Allah bekerja dalam menjawab doa iman. Aku percaya setiap janji dalam Firman Allah adalah benar dan tak dapat diganggu gugat. Namun setelah melewati banyak derita dan air mata, aku menemukan sesuatu yang indah tentang bagaimana cara Allah bekerja. Apa yang Anda baca berikut ini seharusnya membantu Anda membaharui keyakinan Anda dalam Tuhan dan membebaskan Anda dari beban berat karena berusaha memahami iman.
Allah tidak digerakkan oleh hasil keyakinan iman kita. Allah adalah kasih, dan kasih adalah motivasi dari tindakan-Nya. Allah tidak dimotivasi untuk bertindak bagi kita sebagai hasil iman kita saja.
Misalkan suatu ketika putraku terjepit dalam perangkap binatang di hutan dekat rumah kami. Dari kejauhan aku mendengar teriakan minta tolong. Dia sakit, terluka dan memanggilku sekuat tenaga. Sebagai ayahnya, apakah aku berhenti sejenak untuk menganalisa imannya? Apakah aku akan berpikir-pikir dulu sendirian, "Aku ragu-ragu apakah dia percaya bahwa aku akan menjawab panggilannya. Apakah dia percaya bahwa aku akan datang menolongnya."
Tidak! Seribu kali tidak! Aku akan segera berlari mencari putraku, tanpa pertanyaan, karena aku dimotivasi oleh kasih seorang ayah kepada anaknya yang terluka. Sejauh mana kepercayaannya (imannya) kepadaku sama sekali tidak memotivasi tindakanku. Bukan karena apa yang dilakukan anakku, bukan pula karena sikap hati anakku. Semuanya sederhana saja, hanya karena kasihku kepadanya.
Ayah macam apa yang akan meninggalkan anaknya terluka dan sakit serta mengabaikannya di hutan, hanya karena anaknya tidak menunjukkan iman kepadanya? Allah tidak membiarkan anak-anak-Nya menderita sendirian. Dia tidak menutup telinga-Nya terhadap teriakan anak-anak-Nya hanya karena iman anak-anak-Nya lemah.
Imanku, iman Anda, iman semua orang, harus bersandar pada kebaikan dan perhatian Bapa Surgawi. Kita diperintahkan agar bermegah dalam kasih dan kebaikan-Nya yang kekal. Kasih dan kebaikan Bapa Surgawi, Bapa kita.
"Tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: "bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; Sungguh, semuanya itu Kusukai". (Yeremia 9:24).
Allah amat mengasihi anak-anak-Nya. Dia mendengar sebelum kita berseru kepada-Nya, seperti seorang ibu yang memperkirakan bahwa bayinya akan menangis memanggilnya. Ia mengasihiku dan datang untuk menolongku ketika imanku lemah, bahkan ketika aku tidak pantas mendapatkan jawaban dari-Nya; dan semua itu karena kelembutan hati dan kebaikan-Nya.
"TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak selama-lamanya Ia mendendam... (Mazmur 103:8-9).
Damai yang tidak terhingga besarnya membanjiri kehidupanku sejak aku yakin bahwa Allah mengasihiku. Lebih dari itu, Dia datang menolongku dan melakukan segalanya dengan tepat, dan dalam segala situasi kehidupanku. Pada saat imanku sedang lemah ataupun kuat, Dia tetap mengasihiku dan tidak ada yang dapat menghalangi kasih-Nya itu.
Pengakuan yang benar tidak menjamin jawaban bagi doa kita. Pengakuan yang salah juga tidak menghalangi jawaban bagi doa kita.
Ingat istri Ayub? Di dunia ini tak ada orang yang pernah membuat pengakuan yang lebih buruk daripada pengakuannya. Dia berkata kepada suaminya, "Kutukilah Allahmu dan matilah!" (Ayub 2:9). Namun sesudah masa pemulihan tiba bagi Ayub, meskipun dia pernah mengucapkan kata-kata seperti itu, Alkitab mencatat bahwa dia tetap mendapatkan bagian yang sama dalam berkat-berkat Ayub, suaminya yang setia itu.
Seorang ahli teologia berkata, "Mengapa Allah tidak mengambil dia sekaligus ketika Allah mengambil segala yang Ayub miliki?" Bila Anda membaca buku-buku tafsiran mengenai kisah ini, maka Anda akan menemukan nada tidak menghormat terhadap istri Ayub. Namun belakangan, aku menemukan suatu penghargaan baru terhadap wanita yang menderita ini. Menurut pendapatku, kita terlalu memberatkan kesalahannya. Ingatlah pula bahwa sepuluh orang anak Ayub yang mati terkena musibah itu juga adalah anak-anaknya.
Tidak heran apabila iman ibu ini tergoncang. Iblis memang tidak menyerang dia; namun ibu ini menderita seperti Ayub bahkan mungkin lebih. Seorang wanita lebih menderita ketika kehilangan anaknya dibandingkan dengan pria ketika mengalami musibah yang sama. Kepedihan hatinya juga masih ditambah dengan menyaksikan suaminya mati perlahan karena "Elephantiasis", penyakit mematikan itu.
Istri Ayub berdiri meratapi kesepuluh mayat anak-anaknya, dan semuanya terjadi begitu mendadak dan drastis. Tak ada cucu-cucu yang manis. Tak ada saat-saat bahagia berlibur bersama keluarga. Keluarga satu-satunya yang tersisa hanya Ayub, dan suaminya inipun sedang sekarat. "Elephantiasis" merupakan penyakit yang menyebabkan naiknya panas badan, borok / bisul yang membengkak, seperti kanker yang menyakitkan, membuat kulit berbintik dan berkerut seperti kulit gajah. Penyakit ini akan semakin parah dan menular ke organ kelamin. Artinya Ayub tidak akan bisa membuahkan keturunan lagi. Istri Ayub telah kehilangan harapan untuk memperoleh keluarga yang baru. Dia dirundung keputus-asaan. Dia kehilangan semua harapan. Dia marah kepada Allah. Aku tidak setuju dengan apa yang diucapkannya, dan memang tragis baginya pada saat-saat seperti itu dia tidak mempercayakan dirinya dalam kasih Allah dan tetap memegang imannya. Tetapi kita bisa memahami kepedihan dan kesakitan yang amat menggoncangkannya. Betapa dia tidak mengerti mengapa hal seperti ini bisa terjadi. Semuanya musnah sama sekali. Untuk apa lagi dia hidup? Itulah sebabnya dia menyarankan agar Ayub mati saja dan tidak usah beriman lagi kepada Allah.
Apakah Allah dendam terhadap istri Ayub? Setelah semua musibah itu berlalu dan Ayub disembuhkan, apakah Allah mengingat-ingat pengakuannya yang salah yang diucapkannya itu? Apakah Allah menahan berkat-berkat-Nya dari ibu ini, karena ledakan ketakutannya yang manusiawi itu? Tidak! Allah memberkati wanita ini! Allah mengerti dia, Dia tahu bahwa ibu ini tidak bermaksud demikian dengan dengan kata-kata yang dilontarkannya. Allah memandang lebih dalam. Di balik kelemahannya, Dia melihat jeritan hatinya, dan Dia memberkati ibu ini dalam keberadaannya.
"Jika Engkau, Ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi padaMu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang"(Mazmur 130:3-4).
"Sesungguhnya kami menyebut mereka bahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan Maha Penyayang dan penuh belas kasihan" (Yakobus 5:11).
"Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan yang tidak punya penolong (Mazmur 72:12).
Jangan merasa terhukum oleh hal-hal yang Anda katakan dengan tergesa-gesa karena ketakutan. Kita melayani Bapa yang mengampuni dan melupakan setiap kebimbangan, ketakutan, kata-kata ketakutan yang kita ucapkan dalam keputus-asaan. Jujurlah terhadap Allah. Begitulah istri Ayub. Jangan berpura-pura. Bila Anda tidak mengerti mengapa doamu tidak dijawab, atau mengapa Anda harus menderita. Bila hatimu penuh dengan sejuta pertanyaan, ketakutan dan kebingungan, katakan semua itu kepada Allah! Curahkan perasaan-perasaan hatimu yang paling dalam, dan yang negatif sekalipun. Bapa Surgawi akan memberikan kesempatan bagi Anda untuk mencurahkan semuanya. Dia mendengarkan dengan sabar semua keluhan dan ketakutan Anda, dan tidak satu kalipun Dia akan menghukum Anda karena Anda mencurahkan semuanya itu kepada-Nya.
Yang sebenarnya perlu Anda lakukan adalah berbalik kepada-Nya, dalam kasih dan berseru, "Ya Tuhan, pulihkan aku dari ketidakpercayaanku. Angkatlah semua ketakutan dan kebingunganku. Perlihatkan kasihMu, saat ini aku amat membutuhkannya. Tolong aku untuk menyerah sepenuhnya kepadaMu". Allah yang aku layani adalah Allah yang tidak menyimpan kesalahan. Dia bukan pendendam.
Bila Anda sudah mengakui dosa-dosa Anda dan meninggalkan dosa-dosa itu, maka tak ada lagi penghalang bagi pekerjaan Allah dalam kehidupan Anda.
Sering kita dengar, "Ada dosa dalam kehidupanmu, karena itu Allah bersembunyi darimu." Sungguh taktik cerdik dari setan agar umat Allah tinggal dalam ketakutan dan hidup dalam ikatan! Anehnya, banyak sekali anak-anak Allah meyakinkan dirinya bahwa karena dosa mereka, maka Allah marah terhadap mereka atau menghindar dari mereka, atau paling sedikit, menahan jawaban doa.
Tetapi bukankah Alkitab berkata, "Dosa-dosamu memisahkan kamu dari Allah, menyebabkan Dia menyembunyikan wajah-Nya darimu?" Ya, memang betul dalam Perjanjian Lama sebelum penebusan Kristus, sebelum pencurahan darah Kristus bagi penebusan gratis atas semua dosa isi dunia.
Bagaimana mungkin Allah menyembunyikan wajah-Nya karena dosa-dosa yang sudah dibayar lunas dengan darah anak-Nya? Dan bila kita berdosa, Kristus adalah Pembela yang akan mengampuni kita dari dosa-dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Bila Anda sungguh-sungguh mengakui dosa-dosa Anda kemarin, maka Anda sudah diampuni karena darah penebusan Kristus. Semuanya tidak dituntut lagi dari Anda!
Bagi orang-orang Kristen yang dosa-dosanya telah dihapuskan, doa-doa yang tertunda jawabannya, penderitaan, pencobaan, pengujian, seringkali justru merupakan hajaran Bapa yang penuh kasih terhadap anak-Nya dalam proses pengudusan dan bukan dosa. Alkitab berkata, "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya" (Amsal 13:24).
"Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.
Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah..." (Ibrani 12:5-12)
Ada juga orang yang berkata, "Ya, Tuhan memang memproses kita agar kita menjadi kudus dan Dia mendidik serta mengkoreksi kita. Tetapi bukan dengan cara penderitaan dan kesakitan. Allah tidak ingin melakukan hal seperti itu. Iman sejati tidak membiarkan hal seperti ini terjadi."
Ah, kalau kita menyimak dengan baik, kebenaran yang kita peroleh sepanjang sejarah sampai hari ini, menunjukkan bahwa umat Allah mengalami penderitaan, juga pada masa sekarang ini. Menolak hal ini berarti menolak kebenaran. Paulus menceritakan tentang penderitaan orang-orang Kristen mula-mula. Apakah kita bisa menuduh bahwa mereka kurang iman? Tidak!
Kebenarannya adalah bahwa umat kudus masa kinipun ada yang hidup menderita kanker, bisul, rematik, sakit jantung dll... Aku ngeri mendengar orang-orang berkata, "Sebenarnya mereka tidak perlu sakit. Seharusnya tidak perlu begitu. Iman mereka lemah."
Tidak seorangpun dari orang-orang kudus yang telah menderita ini ingin menggantikan tempat serta pengalaman mereka ini dengan orang lain. Oh, pada saat-saat seperti ini, dalam penderitaan dan sebagai akibat / hasil dari penderitaan, mereka memahami betapa dalamnya kasih Allah, dan kerohanian mereka bertumbuh. Mereka menemukan nilai-nilai yang sejati, dan kembali menata prioritas hidupnya. Orang-orang yang belum pernah menderita bersama Kristus adalah orang-orang yang dangkal, berpusat pada diri sendiri, kehilangan kasih dan belas kasihan yang hanya akan muncul ketika seseorang bertemu dengan Tuhan di tengah api pencobaan. Ada sifat angkuh yang tidak disadari pada orang-orang yang tidak pernah menderita bersama Kristus.
Dulu aku menolak ungkapan "dipilih untuk menderita". Ketika itu aku dibuat ngeri dengan gagasan bahwa Allah mengijinkan orang-orang tertentu menderita lebih daripada yang lain, dengan tujuan agar mereka lebih mengenal-Nya, atau dengan perkataan lain, agar pengetahuan mereka akan Tuhan lebih dalam. Namun bila kuamati mereka yang menderita ini dengan lebih saksama, seringkali mereka justru adalah orang-orang yang paling setia, percaya dan mengasihi Allah, lebih daripada anak-anak Allah yang lain. Mereka benar-benar bejana-bejana yang dipilih.
Aku yakin beberapa orang akan tersinggung dengan apa yang baru saja kuungkapkan. Semua itu karena kita telah tersasar jauh dari realita Injil Kristus. Kita amat dimanja dan memanjakan diri, kita lupa bahwa panggilan Kristus bagi kita adalah untuk dipisahkan, diuji, melewati pencobaan, ya, bahkan melewati penderitaan. Buktinya? Ya! Sangat terbukti!
Tetapi Firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagiKu untuk memberitakan namaKu kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena namaKu" (Kisah Para Rasul 9:15-16).
Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa (Ibrani 11:24-25).
Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia. (Filipi 1:29).
1.Bila Anda tidak dapat mempersembahkan iman yang sempurna kepada Allah, persembahkanlah kasihmu kepada-Nya. Kasih yang sempurna melenyapkan semua ketakutan.
Bukan iman yang sempurna, tetapi kasih yang sempurna. Kasih yang sempurna adalah semua yang Allah miliki bagi umat-Nya. Dia ingin kita berteduh dalam kasih-Nya, mempercayai Dia akan selalu datang menolong kita seperti seorang ayah datang menolong anaknya yang terluka. Semua ini juga terjadi meskipun iman kita tidak cukup kuat.
Berhentilah mengkaji-kaji dan menghitung-hitung / mengukur tingkat iman Anda. Hentikan juga usaha Anda mencoba memahami iman. Alkitab berkata, "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. Kejarlah kasih itu..." (1 Korintus 13:13; 14:1)
Bila Anda cenderung mulai 'mengutamakan' suatu hal, ingatlah Alkitab berkata bahwa iman bekerja melalui kasih. Tanpa kasih, semua iman menjadi sia-sia belaka.
2.Bila Allah tidak menjawab doa-doa tertentu yang Anda minta, yakinlah bahwa Allah mempunyai alasan-alasan yang agung untuk hal itu. Allah melihat jauh sampai dengan kekekalan.
Timbul masalah begini: Allah memiliki segala kuasa dan Dia dapat melakukan segala sesuatu. Tidak ada yang mustahil bagi Dia. Dia berjanji untuk menjawab setiap doa dalam nama Kristus. Jadi kita harus meminta, dengan keyakinan iman yang penuh dan berharap akan jawabannya. Namun, bila Allah menunda jawaban itu, atau memilihkan hal lain bagi kita, maka tentunya Dia memiliki alasan yang baik untuk tindakan yang diambil-Nya itu. Dan kita harus percaya bahwa apapun yang Allah ijinkan terjadi dalam kehidupan kita, suatu ketika semua itu akan nyata demi kebaikan kita.
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28).
Bapa kita yang di surga tahu persis kemana kita akan pergi, apa saja yang kita perlukan, dan Dia akan memberikan yang terbaik bagi kita, pada waktu yang tepat diatur oleh Roh Kudus.
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya. (Matius 7:11).
Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang.
Sungguh, hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal namaKu. Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan daripadaKu. (Mazmur 91:1-6; 14-16)
Sumber: Wilkerson, David. 1984. "The Truth about Faith" Kode: LD#54. Lyndale, Texas: Last Days Ministries.
Sangat bagus sekali Patut diusahakan banget menjadi bahan kuliah di sekolah2 alkitab dan bahan kotbah2 di gereja. dan wajib di ulang2 agar paham dan mengerti-SangaD
terima kasih semoga Bapa di surga dengan perantaraan Putranya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus mendengarkan doaku dan doa orang kain yang mengalami pergumulan hidup ,syalom
Terima kasih.... Puji TUHAN, sungguh sebuah renungan yang mendatangkan berkat.... inilah jawaban dari TUHAN atas pertanyaan saya selama beberapa bulan ini.... kiranya TUHAN selalu memberkati, amin
Inspiratif,sangat menambah pemahamanm. Many thanks...!