visit us: www.m.bagimunegeri.com
Di zaman ini, di seluruh penjuru dunia, orang-orang meneriakkan tuntutan untuk memperoleh hak yang lebih besar... ya, kebebasan yang lebih besar. Sekitar 200 tahun yang lalu, seorang tokoh besar Amerika bernama Edmund Burke menuliskan peringatan demikian, "Kualitas kebebasan manusia tepat sebanding dengan watak mereka dalam menempatkan ikatan moral pada selera mereka. Tak akan ada masyarakat tanpa adanya kekuatan yang mengendalikan kehendak dan nafsu manusia-manusianya. Semakin kecil pengendalian di dalam diri manusia maka semakin besar perlunya pengendalian di luar diri manusia. Merupakan suatu hukum alamiah yang abadi bahwa manusia yang tidak dapat mengendalikan diri tidak dapat menjadi merdeka. Nafsu-nafsunya membelenggu mereka".
Sejarah umat manusia penuh dengan gerakan-gerakan yang memperjuangkan hak-hak azasi manusia. Namun tak seorangpun dapat mengubah dunia sebelum dia sendiri diubahkan. Tak seorangpun dapat membebaskan orang lain sebelum dia sendiri benar-benar bebas.
Kira-kira 2000 tahun yang lalu, rasul Paulus mengirimkan suratnya kepada sekelompok orang yang hidup di Roma, ibu kota dengan budaya termaju pada masa itu. Di antara mereka terdapat penguasa-penguasa, namun ada juga para hamba atau budak belian. Namun mereka semua telah dibebaskan dari suatu perhambaan dan kemudian dengan senang hati menyerahkan dirinya kepada suatu jenis perhambaan lain. Kuasa yang baru menyapu kehidupan mereka. Iman telah mengubah jalan hidup mereka. Di tengah keadaan dunia yang penuh perbudakan, mereka menemukan suatu berita yang menghapus semua belenggu masa lalu mereka. Berita yang memberi kedamaian dan kekuatan di tengah masyarakat yang terbelenggu.
Paulus memiliki suatu jenis kehidupan yang mengherankan. Ia memiliki suatu kehidupan yang membuahkan kebebasan sejati. Bagian dari berita yang disampaikannya itu adalah "Apakah kamu tidak tahu bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran? Tetapi syukur kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran... setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal" (Roma 6:16-22).
Memang sulit bagi kita membayangkan bahwa ada hal baik yang bisa kita pelajari dari perhambaan. Paulus dan gereja Kristen mula-mula rupanya memahami suatu sifat alami dari perhambaan yang pengertiannya tidak ada lagi pada masa kita di zaman ini. Perhambaan terhadap tuan-tuan / panguasa-penguasa dunia bisa jadi membuat kita hidup dalam kekejaman dan kekerasan namun perhambaan terhadap Kristus justru akan membebaskan kita. Bila kita ingin mengubah dunia, bahkan dunia kecil kita, dalam hubungan kita dengan sesama, maka kita perlu bertanya terhadap diri sendiri apakah kita "memiliki hak-hak kita" dalam Kristus, ataukah kita "hamba yang kekasih" dari Kristus.
Sebenarnya hal paling mendasar dari pergumulan kita mengenai hak-hak kita tercakup dalam pertanyaan ini: Siapakah yang berhak memerintah atau mengatur hidupku? Bahkan sebagai orang Kristen, kita masih juga sering bergumul dengan apa yang kita anggap sebagai "hak-hakku". Jawaban terhadap masalah ini bukan hanya sederhana, namun logis.
Pribadi yang berhak untuk memerintah atau mengatur adalah pribadi yang kualitasnya terbaik dalam memerintah. Dan siapakah yang lebih baik daripada Allah? Dia Pencipta kita. Dia memiliki hikmat, pengertian dan kasih. Dia memiliki kuasa untuk mengarahkan dan mengendalikan kita. Dia adil dan penuh welas asih. Allah memiliki hak mutlak atas kehidupan kita. Dia memiliki hak utama untuk kita taati. Dia memiliki hak sebagai Raja. Manusia berduyun-duyun berbaris untuk memperjuangkan hak-haknya sendiri, namun siapakah yang maju untuk memperjuangkan hak-hak Allah?
Dulu suatu kelompok pemimpin agama yang berkuasa datang untuk berbincang dengan seorang Tukang Kayu yang tenang. Para pemimpin ini mempunyai persoalan dengan Pria yang berkata bahwa Dia memiliki hak untuk mengampuni dosa. Jadi mereka datang kepada-Nya dengan pertanyaan pelik: "Guru, kami tahu perkataan dan pengajaran-Mu benar dan bukan hanya untuk mencari muka. Jadi kami ingin bertanya, apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada kaisar atau tidak?"
Yesus menatap mereka dan berkata, "Perlihatkanlah kepada-Ku sebuah dinar". Mereka memberikan sekeping mata uang dinar dan menanti jawaban-Nya. "Gambar dan nama siapa yang tertera pada keping uang ini?" tanya-Nya. "Kaisar", jawab mereka. "Kalau begitu berikan kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Seperti pada mata uang terukir gambar Kaisar, demikian juga ANDA dibuat menurut GAMBAR ALLAH. Apakah anda telah menyerahkan segala sesuatu yang merupakan milik-Nya? Apakah anda menyerahkan kepada-Nya segala sesuatu yang merupakan hak-hak-Nya?
Orang Kristen pada masa gereja yang mula-mula menyebut diri mereka sebagai "hamba-hamba Kristus". Dalam bahasa Yunani ada kata khusus untuk mengungkapkan jenis "hamba" ini, yakni doulos, yang artinya hamba atau budak. Untuk mengerti arti menjadi hamba yang kekasih dari Kristus / hamba kasih Kristus, kita harus memahami pengertian "hamba" bagi para murid dan rasul pada zaman gereja mula-mula.
Pertama, mereka jelas mengerti bahwa orang Kristen adalah orang-orang yang telah dimerdekakan dari perhambaan terhadap dosa dan menjadi hamba yang kekasih dari Kristus. Bila Yesus bukan tuan kita yang sejati, maka kita bukan orang Kristen yang sejati (Roma 10:9). Anda bukan Kristen sejati bila anda tidak menjadikan Yesus sebagai TUHAN atas seluruh segi dan aspek kehidupan anda. Orang yang dengan sengaja tidak sepenuhnya mentaati Allah dan menolak menyerahkan hak-hak yang diketahuinya - atau dosa, adalah orang Kristen palsu. Kita tidak dapat menjadi campuran dari hal yang baik dan yang buruk. Kemungkinannya hanya satu. Menjadi hamba kasih Kristus, atau menjadi hamba dosa yang terbelenggu! (Roma 6:12-22; Filipi 1:1; Yakobus 1:1; 2 Petrus 1:1; 1 Korintus 7:21-24).
Ciri dari perhambaan kepada dosa adalah takut penghukuman dan pengharapan akan pahala. Tanda lain adalah rasa bersalah dan rasa hampa. Tanda perhambaan kepada Yesus Kristus adalah KASIH, yakni pilihan yang bukan berdasarkan kepentingan diri sendiri, namun demi memberikan yang terbaik, dan demi kebaikan Allah dan ciptaan-Nya. Inilah ciri kekristenan sejati. Anda mengasihi Kristus dan sesama serta melakukan apa yang diminta-Nya untuk dikerjakan.
Ketika seseorang menjadi budak atau hamba, maka saat itu ia kehilangan hak untuk berbicara dalam kehidupannya dan tetap tidak memiliki hak selama ia masih sebagai seorang budak. Dia telah dibeli dengan harga tertentu dan mutlak menjadi milik tuannya. Segala miliknya kini dikuasai oleh tuan atau pemiliknya yang baru. Bahkan sampai matipun ia tidak bebas dari penguasaan tuannya. Dia melayani tuannya dan itulah yang terus menerus dilakukan tanpa peduli apakah pekerjaan pelayanannya dipuji atau dimaki, ketika lelah atau sakit, tak peduli apakah pekerjaannya dihargai atau tidak, bahkan dibuang.
Bila kita menjadi hamba dosa, maka ujung jalan kita satu-satunya adalah maut. Maut adalah sengat dosa yang memusnahkan segalanya. Tuhan Yesus menawarkan jenis pelayanan yang baru, dan sekaligus menawarkan jalan keluar dari perhambaan dosa. Jalan keluar yang dapat anda pilih selain jalan yang berujung maut. Kristus menantang kita untuk mati dari jalan hidup yang lama, mengijinkan Dia menguburkan keakuan masa lalu kita, dan membawa kita untuk hidup sebagai hamba-Nya yang kekasih. Selama kita berada dalam kendali dan penguasaan-Nya maka kita mendapat upah dari Dia, bukan upah dari dosa. Namun jika Dia menjadi Tuan anda, maka Dia harus menjadi Tuan anda secara mutlak, termasuk menyerahkan secara total SEMUA hak anda kepada-Nya. Bila tidak, maka Dia bukan Tuan dan Tuhan anda. (Matius 10:24-39; Filipi 2:5-8; 3:7-8).
Tidak ada kebebasan bila anda dalam perhambaan dosa. Bila anda menjadi hamba dosa, maka upah anda adalah maut. Sebagai manusia, kita memang dikendalikan oleh suatu kuasa. Namun kita memiliki kebebasan untuk memilih kuasa mana yang kita ingin taati, apakah tunduk terhadap kuasa keakuan atau kepentingan diri, ataukah kita tunduk di bawah kuasa Sang Juruselamat.
Kemerdekaan kristiani adalah pengendalian baru dimana kita bebas melakukan apa yang kita suka karena kita memilih yang terbaik bagi sesama dan karena kita memilih untuk tidak menghambakan diri kepada kepentingan diri sendiri dan keakuan kita. Tidak mungkin kita mengijinkan dua kuasa yang berbeda untuk mengendalikan hidup kita pada saat yang sama (Matius 6:24; 7:16-23; Yakobus 3:11-13). Salah satu saja yang bisa kita pilih: Menyenangkan Kristus atau menyenangkan diri sendiri. Jika kita tidak sepenuhnya menyerahkan diri sebagai milik-Nya, maka hukum-hukum-Nya akan membuat kita lelah dan jemu. Tuntutan-tuntutan-Nya terasa ekstrim dan kita mungkin akan marah dan berontak terhadap perintah-perintah-Nya. Namun begitu kita menyatakan kasih kita kepada-Nya dan menjadi hamba-Nya, maka kita akan memasuki jalur kebebasan sejati dan Allah membukakan pintu untuk kita masuk ke dalam keluarga Allah, sebagai anak-Nya dalam Kristus. Allah adalah Tuan yang Penuh Kasih. Dia tidak kasar atau sewenang-wenang. Dia tidak suka membebani kita dengan hal-hal yang terlalu berat. Kuk yang dipasangkan-Nya enak dan beban-Nya juga ringan (Matius 11:29; 19:29; Lukas 17:10; 22:24-27; 9:23-25; 1 Korintus 7:23b).
Ada satu sebutan khusus bagi orang yang mau menjadi hamba Kristus, yakni MURID. Murid adalah pelajar atau siswa. Ketika anda menyerahkan hidup anda kepada Allah, mungkin saja anda tidak mengerti apa sebenarnya makna menjadi orang Kristen. Anda bertindak berdasarkan semua yang anda ketahui, dan dalam kasih dan anugerah-Nya, Allah menolong untuk melengkapi hal-hal yang anda tidak mengerti, dan segalanya berjalan lancar. Kini, setelah sekian lama menjadi Kristen, semua "kemudahan" seperti itu tidak terjadi lagi. Rasanya sukar untuk menjadi hamba Kristus. Rasanya tak mungkin melayani orang lain seperti yang diperintahkan-Nya. Mungkin anda berpikir "Kalau saja orang itu tidak mengusikku, tentu aku bisa menjadi murid yang lebih baik." Berapa sering kita marah karena kita merasa disakiti dan karena hak-hak kita dilanggar orang lain?
Untuk menjadi murid sejati, ada satu pelajaran yang harus anda pelajari. Pelajaran itu adalah pelajaran kelembutan hati. Anda harus tahu bahwa Tuhan Yesus menginginkan anda seutuhnya dan Dia tidak akan berhenti sebelum Dia memiliki anda seutuhnya atau 100%. Dia mudah disenangkan namun sukar dipuaskan. Bila serangan kemarahan dan kekuatiran masih merupakan masalah bagi anda, sebenarnya anda belum belajar menjadi hamba-Nya yang kekasih. Menjadi hamba-Nya hanya bisa anda pelajari melalui memikul kuk-Nya, yakni kuk kelembutan hati.
Musa adalah seorang yang lembut hati, namun Musa bukan seorang yang lemah. Yesus berhati lembut, namun Dia juga adalah teladan kejantanan bagi umat manusia. Simaklah saat Dia menyucikan Bait Allah dari para pedagang ternak dan penukar uang. Dia yang memegang cambuk itu berhati lembut, namun Dia tidak lemah. Kristus adalah pribadi yang perkasa dan kuat. Namun Dia memahami arti kelembutan. (Matius 21:5; Yohanes 2:13-17).
Secara sederhana, kelembutan artinya memiliki kehendak dalam kerangka penyerahan kepada Allah. Kelembutan adalah inti tanggapan kita terhadap tuntutan-tuntutan Kristus. Bila anda menyerah penuh kepada Allah, maka kehidupan anda akan memperlihatkan Buah Roh (Galatia 5:22-23). Tanggapan manusiawi kita terhadap kasih, sukacita dan damai yang dicurahkan Allah kepada kita, akan terwujud dalam iman, kelembutan dan penguasaan diri.
Allah tidak akan memakai seseorang sebelum kehidupan orang itu memperlihatkan adanya pertumbuhan dalam tiga wujud tanggapan ini: iman, kelembutan dan penguasaan diri. Ketiganya merupakan dasar dari pertumbuhan rohani dalam Kristus, dan kelembutan adalah kuncinya. Kelembutan menentukan TINGKAT iman dan penguasaan diri anda. Jadi kelembutan merupakan hal penting! Tanpa kelembutan hati, anda tidak dapat mewarisi apa yang Allah sediakan bagi anda (Matius 5:5; 1 Petrus 3:4).
Kelembutan merupakan kunci untuk mendapatkan pimpinan dan instruksi dari Allah (Mazmur 25:9). Tidak adanya kelembutan akan menghasilkan kekuatiran (tidak ada iman) dan kegagalan dalam hubungan kita dengan sesama (tidak ada penguasaan diri atau pengendalian diri) (Galatia 6:1; 2 Timotius 2:25; Titus 3:2). Semakin besar penyerahan kehendak anda kepada Allah, semakin besar pula iman dan penguasaan diri yang anda miliki.
Salah satu akibat paling merusak bila anda tidak menyerahkan kehendak anda kepada Allah adalah kemarahan. Amarah karena keakuan merupakan dosa paling merusak. Alkitab mencantumkannya bersama pembunuhan. (lihat Matius 5:21-22; Kolose 3:5-8; Yakobus 1:19-20). Dalam Alkitab kita mengetahui ada amarah yang kudus, dan kita harus membedakannya. Allah marah namun tidak berbuat dosa. Amarah kudus adalah amarah yang benar, yang merupakan reaksi yang benar atas kesalahan yang dibuat. Dan setelah itu selalu ada tindakan konstruktif untuk mengakhiri kesalahan tersebut, di dalamnya tercakup pengampunan bagi si pelaku, dan bila memungkinkan, ada jalan yang ditunjukkan untuk menolong orang itu agar kelak tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Amarah kudus sama bobotnya dengan kasih. Yesus memilikinya, dan sebagai orang Kristen, bila anda tidak memilikinya, maka anda tidak sepenuhnya mengikuti teladan Kristus. Dalam Alkitab, kita membaca, "apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa" (Efesus 4:26; Markus 3:5; Lukas 17:1-2).
Kemarahan atas dasar keakuan adalah dosa. Kemarahan ini merupakan hasil dari dendam dan keangkuhan pribadi. Jenis kemarahan ini menghancurkan kepribadian dan tabiat anda bila anda mengobarkannya dengan kepahitan, iri hati, dan cemburu (Efesus 4:30-32; Amsal 16:32; 19:11). Juga akan merusak kita secara fisik karena menimbulkan ketegangan, serangan jantung dan penyakit-penyakit lain. Kemarahan ini juga menghancurkan hubungan sosial kita dengan sesama seperti meretakkan persehabatan, hubungan keluarga, dan merusak kesaksian hidup (Amsal 21:19; 25:24). Alkitab memperingatkan kita dengan tegas, "Janganlah berteman dengan orang yang lekas gusar, janganlah bergaul dengan seorang pemarah" (Amsal 22:24). Anda akan dihakimi kelak di hadapan Allah karena kemarahan yang egois ini, karena kemarahan ini adalah dosa yang jahat.
Gangguan-gangguan yang sifatnya umum dan biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari seringkali menyulut kemarahan kita dengan kemarahan yang egois. Ya, kita marah karena egois. Gangguan ini membuat anda frustrasi sehingga anda tidak dapat lagi mengendalikan diri. Setiap hari ada saja gangguan seperti ini. Sebagai contoh, terjadinya kesembronoan, rencana kita dilanggar orang lain, ucapan yang menyakitkan, ucapan tidak wajar, caci-maki dll. Kita tidak dapat mencegah atau melarikan diri dari gangguan-gangguan ini, namun kita dapat belajar bagaimana menanggapinya dengan benar.
Tiap peristiwa yang menimbulkan keluhan atau gangguan dalam diri kita, seringkali sebenarnya merupakan ujian ketaatan, penyerahan dan kekudusan kita. Bila anda menanggapinya dengan kasih, maka halangan-halangan ini akan merupakan BATU LONCATAN untuk menerima kekuatan Allah. Sebaliknya bila anda menanggapinya berdasarkan keakuan anda, maka hal ini akan merupakan RINTANGAN dalam kehidupan anda. Kita semua harus belajar bagaimana menghadapi gangguan-gangguan ini dengan prinsip kristiani, artinya berdasarkan pengajaran Kristus. Janganlah salah tanggap! Jangan gusar! Jangan marah! (Pengkhotbah 7:9; Amsal 29:8).
Bila anda benar, maka anda TIDAK PERLU marah. Namun bila anda salah, tentunya anda tidak boleh marah! Sebab akhirnya anda hanya akan berusaha membenarkan diri sendiri dengan membela atau mempertahankan "hak-hak" anda (Amsal 19:11; 29:22). Allah ingin menolong anda "mati terhadap diri sendiri", atau menyerahkan hak-hak anda - jadi janganlah mengkambing-hitamkan amarah anda. Bila anda menyalahkan orang lain, maka akhirnya akan ada dua orang yang marah, yakni anda dan orang itu! (Amsal 15:1; 29:22). Tendangan pada sebuah tong akan menimbulkan bunyi yang menunjukkan isi tong tsb. Tendangan ini tidak menciptakan isi tong tsb.
Kesalahan lain yang seringkali kita lakukan adalah menyimpan kemarahan dalam hati kita. Dendam bukanlah jalan pemecahan bagi kemarahan anda. Jangan biarkan "matahari terbenam" sebelum padam amarahmu. Orang yang lekas marah dalam hati adalah orang yang bodoh (lihat Pengkhotbah 7:9). Janganlah menyimpan kemarahan (Efesus 4:26).
Pertama, PERIKSA / AMATI hal apa saja yang bisa mengusik atau mengganggu anda sehingga anda marah. Allah mengijinkan hal itu terjadi untuk menguji kelembutan anda. Bersyukurlah kepada Allah untuk gangguan itu. Jadi, jalanlah terus. Ini memang salah satu cara Allah agar kerohanian anda dimurnikan. Berjalanlah terus, tariklah nafas anda dalam-dalam, lalu hadapilah dengan benar.
Kemudian, SINGKAPLAH hati anda yang tersembunyi dengan bertanya kepada diri sendiri, "Kepribadian apa yang terungkap pada diriku akibat adanya gangguan ini? Adakah sesuatu dalam hatiku yang tidak menyenangkan Kristus?" Gangguan ini bagaikan api yang menguji apakah batang emas benar-benar emas murni. Dengan menggunakan suhu tinggi, barulah ketidakmurnian dapat tampak. Ini salah satu tujuan pengujian.
Setelah itu, anda dapat MEMBUANG semua sikap buruk dari hati anda dengan mengakui dosa-dosa yang anda ketahui itu kepada Allah serta meminta pengampunan kasih-Nya. Jangan berhenti ketika anda menemukan serta menyadari adanya hal-hal negatif dalam diri anda. Tanyalah diri anda, "Sikap rohani apa yang harus saya miliki sebagai gantinya? Bagaimana Yesus akan bersikap dalam menghadapi situasi seperti ini?" Lalu minta agar Allah menolong anda untuk menanggapi dengan tepat bila anda menghadapi situasi serupa di masa mendatang, yakni dengan kesabaran, pengendalian diri dan kelembutan.
Kekuatiran merupakan salah satu daya perusak yang juga bersumber pada hak-hak yang tidak diserahkan kepada Allah. Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan kekuatiran juga merupakan kesempatan di mana anda dapat memeriksa kesetiaan anda kepada Bapa. Sebagai manusia kita memiliki enam kebutuhan penting dalam menjalani kehidupan. Bila salah satu kebutuhan ini terancam, maka pribadi kita merasakan adanya bahaya. Bila anda berusaha mengemudikan kehidupan anda sendiri, maka anda akan kuatir karena anda tidak lagi memiliki janji-janji Bapa yang mau mencukupi kebutuhan-kebutuhan anda, sehingga andalah yang memikul tanggung jawab penuh dalam menjamin dan memenuhi semua kebutuhan ini. Dengan demikian anda memikul tanggung jawab yang bukan sepenuhnya tanggung jawab anda, dan akibatnya anda kuatir. Enam kebutuhan dasar ini adalah:
Langkah-langkah berikut dapat anda pakai untuk membantu anda menyerahkan hak-hak anda sehingga anda terlepas dari kemarahan dan kekuatiran. Bila anda menerapkan langkah-langkah tersebut sekarang juga dalam kehidupan anda, dengan cermat dan dalam doa, maka anda akan merdeka!
Sumber:
Pratney, Winkie. 1987. "Free as a Slave". Lindale, Texas, USA: Last Days Ministries. Kode LD#89