visit us: www.m.bagimunegeri.com
Berikut ini aku mengutip sebuah nubuat peringatan dari Azusa Street yang terjadi pada awal abad 20. Nubuat ini merupakan nubuat peringatan mengenai bahaya Pantekosta tanpa Kristus!
Bapak Frank Bartleman adalah saksi mata dari pencurahan Roh Kudus pada tahun 1907 di Azusa Street, Los Angeles. Beliau dianggap sebagai reporter dari kebangunan rohani di Azusa Street (dari sinilah mulai berkembang Gereja Pantekosta). Selama masa pencurahan itu, beliau menulis sebuah traktat berisi peringatan mengenai "Pantekosta tanpa Kristus". Beliau memperingatkan, "Kita tidak boleh hanya memegangi suatu doktrin, atau mencari-cari pengalaman. Banyak orang ingin mencari kuasa untuk melakukan mujizat, menarik perhatian dan sanjungan demi dirinya sendiri serta membuat pameran dalam kedagingan, dan dengan demikian merampas kemuliaan yang seharusnya ditujukan bagi Kristus. Sebenarnya yang paling diperlukan oleh para pengikut-Nya yang sejati adalah kerendahan hati seperti teladan Yesus. Kegairahan agama mudah melenyap. Roh kedagingan bisa amat menonjol. Padahal kita harus berpusat pada Kristus."
"Setiap karya yang meninggikan Roh Kudus dan 'karunia-karunia' lebih daripada meninggikan Yesus, akan berakhir dalam fanatisme. Segala sesuatu yang menyebabkan kita meninggikan Yesus dan mengasihi Dia pastilah baik dan aman. Segala sesuatu yang sebaliknya justru akan meruntuhkan segalanya. Roh Kudus adalah terang kita, namun pusat atau fokus harus selalu pada Yesus dan penyataan-Nya."
"Bila Roh Kudus memegang kendali, maka Yesus selalu diproklamasikan sebagai Kepala, dan Roh Kudus sebagai eksekutif-Nya.
Pada bagian lain, Bapak Bartleman memperingatkan:
"Pencobaan rupanya akan terarah pada manifestasi-manifestasi yang hampa, dimana tidak ada tuntutan untuk memikul salib, atau mati terhadap diri sendiri. Hal yang demikian (manifestasi hampa) selalu populer.
Kita tidak boleh menempatkan kuasa, karunia-karunia, Roh Kudus, atau apapun lebih daripada Yesus. Setiap misi yang meninggikan Roh Kudus (sekalipun), lebih daripada Tuhan Yesus Kristus akan membawa kita terjebak dalam ikatan-ikatan kesesatan dan fanatisme.
Ada bahaya yang amat besar ketika kita kehilangan arah serta menyimpang dari fakta bahwa Yesus adalah segalanya. Karya penebusan Kalvari harus menjadi pusat perhatian kita. Roh Kudus tidak akan pernah menarik perhatian kita dari Kristus kepada Diri-Nya sendiri. Sebaliknya Roh Kudus mengungkapkan Kristus dengan lebih penuh. Dengan meninggikan Roh Kudus dan karunia-karunia Roh, kita berada dalam bahaya meremehkan Yesus Kristus, menyebabkan Dia menjadi pribadi asing di Bait-Nya. Yesus harus menjadi pusat dari segalanya."
Aku amat serius memandang peringatan Bapak Bartleman. Bahaya Pantekosta tanpa Kristus kini amat nyata. Memang mungkin saja kita bisa mengumpulkan orang-orang yang 'dipenuhi Roh' di suatu tempat, mengajak mereka memuji Tuhan dan mengangkat tangan bagi Dia - namun di situ Kristus mondar-mandir sebagai orang asing!
Memang benar Dia berkata, "Dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka" (Matius 18:20). Namun Dia bisa berada di tengah-tengah kita sebagai orang asing, diabaikan, tidak dikenal, bahkan justru oleh mereka yang berkumpul dalam nama-Nya. Orang-orang Yahudi berkumpul setiap hari Sabat di sinagog untuk berbicara tentang nama-Nya dan membahas nubuat kedatangan-Nya. Mereka memuji nama Bapa yang berjanji untuk mengutus-Nya ke dunia. Mereka menyebut nama Mesias dengan penuh rasa hormat dan takjub. Kemudian ketika Dia datang dan berada di antara mereka, Dia tidak dikenal! Dia orang asing bagi mereka! Pribadi yang asing bagi mereka!
Kristus sebagai orang asing di tengah jemaat yang penuh Roh? Pribadi yang asing di tengah mereka yang membicarakan nama-Nya, yang menyembah Bapa yang mengutus Dia? Pribadi asing bagi mereka yang menyanyi "hosana" dan menyebut-Nya, "Tuhan, Tuhan"?
Ya, memang begitu! Bukan hanya mungkin, namun itulah yang sedang terjadi di antara umat pilihan Allah pada zaman ini!
Aku ingin menunjukkan tiga hal yang kita lakukan, yang membuat Kristus menjadi Pribadi yang asing di tengah-tengah kita. Kiranya Roh Kudus menyingkirkan kebutaan rohani kita sehingga kita kembali dapat memandang Dia sebagaimana seharusnya, sebagai Tuhan dari segala sesuatu!
Kristus dan hanya Kristus yang harus menjadi pusat kehidupan dan penyembahan kita. Kristus ialah "...kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia" (Kolose 1:18-19).
"...Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu..." Keutamaan-Nya inilah yang harus diistimewakan lebih daripada segalanya, yang harus kita bicarakan lebih daripada yang lain. Bahkan Roh Kudus tidak boleh ditinggikan lebih daripada nama Yesus. Ruang atas tidak boleh mengalihkan Salib! Kita tidak boleh berani berpikir bahwa Kristus hanya sebagai Yang mengutus Roh Kudus, atau dengan kata lain kita berkata, "Terima kasih, Tuhan Yesus, karena Engkau memberikan Pribadi yang lebih baik". Kristus justru mengutus Roh Kudus agar Roh Kudus mengungkapkan kepenuhan Kristus di dalam diri kita.
Bila Roh Kudus menjadi pusat perhatian kita, maka gereja keluar dari fokus yang sebenarnya! Roh Kudus turun atas Kristus ketika Ia keluar dari air seusai dibaptis, dan Bapa berkata tentang Kristus, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan..." Roh Kudus saat itu turun dalam bentuk bentuk burung merpati, namun fokusnya adalah Domba Allah yang mengangkut dosa isi dunia. Bukan Merpati, tetapi Domba!
Kristus berkata kepada murid-murid-Nya tentang Pantekosta yang akan datang kemudian, ketika Roh Kudus dicurahkan dengan satu tujuan: sebagai kuasa yang diberikan untuk meninggikan nama Kristus! "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun atasmu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku... sampai ke ujung bumi..." (Kisah 1:8).
Yesus Kristus menjelaskan bahwa kalau Roh Kudus datang kelak, maka Roh Kudus tidak akan membuat kita memperhatikan Dirinya sendiri, namun Roh Kudus akan membawa kita untuk memperhatikan perkataan-perkataan Kristus. Roh Kudus akan mengagungkan Kristus.
"...apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran... Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri... Ia akan memuliakan Aku; sebab Ia akan memberitakan kepada-Mu apa yang diterima-Nya daripada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya daripada-Ku" (Yohanes 16:13-15).
Yesus berkata, "Ia akan menunjukkan kemuliaan-Ku, kuasa-Ku, kerajaan-Ku... Ia akan mengingatkan kamu akan kata-kata-Ku..." Pekerjaan utama Roh Kudus bukan mempersekutukan, meskipun Ia memang membawa orang-orang percaya ke suatu kesatuan dalam Kristus. Pekerjaan-Nya bukan untuk mendatangkan keriangan yang luar biasa. Bukan sekadar mengajar kita bahasa yang tidak pernah kita pelajari. Roh Kudus telah datang untuk meninggikan Kristus. Untuk menuntun umat manusia kepada kebenaran bahwa Kristus Yesus adalah Tuhan. Tidak cukup bila kita berkata bahwa Roh Kudus membawa kita lebih dekat satu dengan yang lain. Ia membawa kita lebih dekat dengan Kristus!
Kepenuhan Roh Kudus adalah kepenuhan Kristus! Bila anda tidak memiliki kasih yang membara kepada Kristus, maka sesungguhnya anda tidak memiliki baptisan Roh Kudus! Kristus, Sang Pembaptis dengan Roh, mengutus Roh Kudus untuk menyalakan api di hati kita agar kita mengasihi umat manusia yang terhilang, membawa kita ke kancah penyelamatan jiwa-jiwa terhilang. Apa lagi? Roh Kudus menggoncang gaya hidup kita yang bermalas-malasan dan membawa kita untuk mengerjakan pekerjaan-Nya. Roh Kudus akan berduka, dan akhirnya mundur, pada saat orang-orang berusaha meninggikan Dia di atas Putera Allah! Ia tidak akan mengijinkan kuasa-Nya disalahgunakan oleh mereka yang hanya menginginkan karunia dan bukan menginginkan Kristus, Sang Pemberi karunia!
Kalau begitu, apakah sebenarnya persekutuan dalam Roh Kudus? Apakah persekutuan di mana orang-orangnya berbahasa lidah? Persekutuan di mana orang-orang disembuhkan? Persekutuan di mana orang-orang kudus bernubuat? Jauh lebih daripada itu! Persekutuan di mana Kristus ditinggikan, kekudusan-Nya menusuk jiwa, orang-orang terjatuh di hadapan tahta-Nya dengan patah dan rendah hati berseru, "Kudus, kudus..." Gerakan Roh Kudus adalah gerakan yang membawa orang-orang kian dekat dengan Kristus, semakin dalam dengan penyerahan yang lebih besar kepada keTuhanan-Nya!
Kita memuji Kristus, yang kepada-Nya kita tidak berdoa! Kita menjadi umat yang memuji Kristus, namun bukan umat yang berdoa kepada-Nya. Di antara umat Allah, terdapat orang-orang yang beranggapan bahwa berdoa sendirian di tempat tertutup tanpa orang lain merupakan peninggalan zaman kuno. "Mengapa memohon kepada Allah untuk sesuatu yang telah dijanjikan-Nya? Peganglah janji-Nya itu dan anda hanya memerintahkan pengirimannya bagi anda." Kerinduan kita terhadap Kristus tidak sebesar kerinduan kita terhadap apa yang dapat Ia lakukan bagi kita. Kita ingin lepas dari kesakitan dan penderitaan. Kita ingin kesulitan-kesulitan kita sirna. Kita amat ingin mengejar kelepasan dari derita sehingga kita kehilangan arti sejati dari salib-Nya. Kita menolak salib dan kerugian. Tidak ada Getsemani bagi kita! Tidak ada malam pergumulan Getsemani bagi kita. Kita bahkan tidak mengenal Kristus yang menderita, mencucurkan darah dan bangkit!
Kita ingin kuasa kesembuhan dari-Nya. Kita ingin janji-janji-Nya akan kemakmuran. Kita ingin perlindungan-Nya. Kita ingin lebih banyak kelimpahan materi. Kita ingin kebahagiaan dari-Nya. Namun kita tidak menginginkan Diri-Nya.
Dulu gereja mengakui dosa-dosanya di hadapan Tuhan, sekarang gereja menuntut hak-haknya di hadapan Dia.
Berapa banyak dari antara kita yang masih ingin melayani Dia bila Dia tidak memberikan apapun kecuali Diri-Nya? Tidak ada kesembuhan. Tidak ada sukses. Tidak ada kelimpahan materi. Tidak ada kemakmuran. Tidak ada berkat-berkat duniawi. Tidak ada mujizat dan tanda-tanda ajaib. Apa yang terjadi jika - bukan kehidupan yang "berlayar dengan tenang" dan "bebas problem" yang kita jalani, melainkan "kapal karam", ketakutan, pergumulan tanpa ujunglah yang kita hadapi. Apa yang terjadi jika - bukan kehidupan yang tanpa kesakitan yang kita jalani, namun kehidupan yang menderita caci-maki, lemparan batu, cucuran darah, tercabik, luluh lantak? Apa yang terjadi jika - bukan rumah dan mobil bagus, namun kita harus bermalam di celah-celah gua, bersembunyi di celah-celah bukit, mengembara di padang tandus? Apa yang terjadi jika - bukan kemakmuran yang kita alami, sebaliknya kita ditimpa bencana, disiksa dan hidup melarat? Apakah pada keadaan seperti itu, Kristus masih merupakan satu-satunya yang lebih baik yang kita miliki?
Sedikit saja umat Allah yang masih berdoa! Mereka amat sibuk bekerja untuk Yesus, berbicara untuk Dia! Para pelayan Tuhan, khususnya, sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan kerajaan Allah, sehingga sedikit saja tersisa waktu untuk berdoa, atau bahkan tak ada waktu sama sekali! Ada waktu untuk melawat, membangun gedung gereja, keluar kota untuk tugas pelayanan, menghadiri pertemuan jemaat, berlibur, membaca, membimbing orang-orang yang memerlukan bimbingan, namun tidak ada waktu untuk berdoa...
Para pengkhotbah yang tidak berdoa hanya menjadi promotor. Mereka menjadi kontraktor bangunan yang frustrasi. Saat mereka kehilangan sentuhan dalam hubungan mereka dengan Allah, maka mereka kehilangan sentuhan dengan umat dan kebutuhan umat. Pengkhotbah yang tidak berdoa memiliki ego yang lepas kendali. Mereka mengikuti kehendak diri sendiri. Karyanya merupakan hasil keringat, bukan hasil urapan.
Penginjil-penginjil yang tidak berdoa menjadi bintang panggung, sekadar pembawa kisah semata. Karena tidak memiliki kerendahan hati, mereka memanipulasi hadirin melalui cara-cara emosional. Para pendeta menangis, "Oh, Allah, dimana dapat kutemukan penginjil yang tidak peduli uang, yang tidak mempromosikan sesuatu? Di mana dapat kutemukan penginjil yang membawa suasana surga turun dan Kristus nyata! Oh, Allah, berikan aku seorang pendoa yang membawa jemaat berlutut pada lututnya sendiri." Yang memalukan dalam generasi ini adalah kita memiliki amat banyak hamba Allah yang berbakat, namun hanya sedikit yang menyentuh Allah dalam doa.
Semakin sedikit pula doa dipraktekkan oleh jemaat. Doa harus kembali ke rumah tangga kita. Doa harus kembali kepada umat pilihan-Nya. Anda hanya seorang pendusta bila memperjuangkan agar doa dilakukan kembali di tempat-tempat umum namun anda mengabaikan doa pribadi dalam kesendirian dengan Tuhan.
Apakah kita berdoa? Ya, tentu saja. Kalau kita memerlukan sesuatu. Kita punya rumus penutup "dalam nama Yesus". Yang kita perlukan dari Kristus adalah pengesahan petisi kita di hadapan Allah (seperti tanda tangan sebagai pengesahan untuk pencairan selembar cek).
Aku lelah mendengar orang-orang berkata, "Zaman ini adalah zaman sibuk. Tidak ada waktu untuk berdoa. Aku ingin, namun tidak ada waktu". Bukan tidak ada waktu, namun tidak ada kerinduan. Kita bisa mengadakan waktu bila kita mau. Lihatlah kawula muda Kristen kita! Bisa mengisi waktu berjam-jam dalam bermain game komputer, game online, browsing internet dll. Bisa membuang waktu demi sekadar kegiatan. Namun tidak ada waktu untuk berdoa! Tidak ada waktu untuk Yesus! Entah bagaimana caranya, ya Tuhan, namun bawalah generasi ini berlutut untuk berdoa. Bukan sekadar mengucapkan "Doa Bapa Kami", namun persekutuan setiap hari dengan Kristus.
Juruselamat kita, yang memelihara dan mengelola seluruh alam semesta raya, masih memiliki waktu berdoa hanya untuk anda. Ia menyediakan waktu untuk berdoa syafaat bagi anda di hadapan tahta Allah (Ibrani 7:25), dan anda berkata bahwa anda tidak punya waktu untuk berdoa kepada-Nya!
Kita bergegas-gegas bekerja bagi Kristus tetapi Ia sendiri kita abaikan. Kita rela pergi ke mana saja, mengerjakan apa saja dalam nama-Nya. Namun kita tidak berdoa. Kita menyanyi dalam paduan suara gereja. Kita mau melawat orang sakit. Kita mau melawat narapidana-narapidana dalam penjara. Kita mau membimbing orang yang luka hati dan memerlukan pertolongan. Kita rela tidak tidur semalaman demi menghibur seorang teman. Namun kita tidak mau berdoa. Kita mau berjuang melawan korupsi. Kita mau berjuang demi peningkatan moral masyarakat. Kita mau berdiri menentang penggunaan senjata nuklir. Namun kita tidak mau berdoa.
Di atas semua itu, kita tidak berdoa karena kita sebenarnya tidak yakin bahwa doa mengerjakan sesuatu. Doa adalah kancah peperangan yang paling berdarah. Di sini kemenangan ditentukan! Tempat untuk mati terhadap diri sendiri! Tempat di mana Allah yang Mahakudus membongkar dosa-dosa kita yang paling rahasia! Tidak heran jika Setan berusaha menghalangi doa! Seorang pendoa mengirimkan kengerian dahsyat ke seantero neraka. Setan tidak takut kepada orang-orang kudus yang haus akan kuasa Allah. Setan gemetar mendengar derap orang-orang kudus yang rajin berdoa!
Bapak Reader Harris, seorang Inggris dan direktur dari "The Pentecostal League of Prayer", suatu kali menantang sebuah jemaat dalam sebuah kebaktian mengenai kuasa dan kekudusan. Beliau berkata, "Di antara anda yang lebih ingin kuasa Allah, berbarislah di sebelah kananku. Sedangkan yang lebih ingin kekudusan, berbarislah di sebelah kiriku." Jemaat itu berbaris dengan perbandingan 10 banding 1. Ya, 10 yang memilih KUASA!
Bila kita membaca Kisah Para Rasul, maka kita akan melihat bahwa Pantekosta lebih menekankan dan mengutamakan kekudusan daripada kuasa. Petrus mempertanggungjawabkan baptisan seisi rumah Kornelius di hadapan sidang di Yerusalem tentang apa yang Allah telah lakukan, "Allah... mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita... menyucikan hati mereka oleh iman." (Kisah 15:8-9).
Siapakah hamba Allah yang memiliki kuasa? Apakah dia yang dapat menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati? Apakah dia yang terhebat dalam berbahasa lidah dan bernubuat? Apakah dia yang dapat mengumpulkan orang dalam jumlah besar dan membangun gereja terbesar? Bukan. Dia yang memiliki kuasa adalah dia yang kudus.
Nabi Maleakhi bernubuat mengenai pengudusan rohani atas rumah Allah di masa mendatang. "Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke Bait-Nya... Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada Tuhan". (Maleakhi 3:1-3).
Nubuat ini berbicara tentang kedatangan Kristus yang pertama dan kedua kalinya! Ia akan datang kembali secara tiba-tiba seperti pencuri di tengah malam. Namun pertama-tama, Ia akan memurnikan gereja-Nya.
Kita tidak siap menghadapi kedatangan Kristus! Inikah gereja yang menang? Tamak, pecah-belah, depresi, berpikiran duniawi, tamak akan materi dan sukses, bersaing, suam-suam, berzinah, menceraikan pasangan, kaya dan semakin kaya dalam harta benda, suka akan kenikmatan, mencari hiburan melulu, tidak sadar akan kebutaan dan kemiskinan rohani, menghabiskan waktu dalam olahraga, politik dan kekuasaan. Inikah gereja yang menantikan kedatangan Kristus? Suam-suam, penuh dengan ketakutan dan mengejar keinginan sendiri, hanya puas dengan memiliki kesehatan yang baik dan kebahagiaan?
Alkitab berkata bahwa Ia datang untuk gereja yang menang! Gereja yang tanpa noda cacat atau kerut! Untuk orang-orang yang cinta perkara yang di atas. Orang-orang yang tangannya kudus dan hatinya murni. Orang-orang yang menanti kedatangan-Nya! Umat dengan mental "Yerusalem Baru", yakni bermental surgawi, yang memikirkan perkara yang di atas.
Pertanyaannya bukan lagi "Bagaimana imanku dapat menghasilkan sesuatu?" atau "Mujizat apa yang Ia lakukan untukku?" Pertanyaannya sekarang adalah "Bagaimana aku dapat berdiri di hadapan-Nya? Bagaimana aku menghadap Tuhan di hari penghakiman?" "Siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri..." (Maleakhi 3:2).
Pertanyaannya bukan lagi "Apa yang kurasakan? Bagaimana aku mendapatkan kebahagiaan? Bagaimana aku mendapatkan idamanku?" Pertanyaannya adalah "Dapatkah aku tetap berdiri ketika aku harus menghadap tahta Pengadilan Kristus?" Bagaimana aku dapat tetap berdiri bila aku hidup seenaknya, egois dan mengabaikan keselamatan-Nya yang agung?" Inti persoalannya tidak berkaitan sama sekali dengan hal duniawi. Masalahnya adalah "APAKAH AKU MENGABAIKAN KRISTUS HARI INI?"
Kekudusan harus dimulai dari mimbar! "...Ia akan mentahirkan (=menguduskan) orang Lewi" (Maleakhi 3:3). Allah segera akan melakukannya dengan "memanaskan tungku". Membuat segalanya panas, berapi dan dahsyat. Hamba-hamba Allah akan didorong untuk berlutut! Inilah api Roh Kudus! Api penyiksaan! Api kesusahan besar! Api penderitaan yang luar biasa, cemoohan, gosip, kesulitan keuangan... Ia akan menggoncangkan segala sesuatu yang dapat digoncangkan! Ia segera akan menggoncangkan, menyikat, membakar, membersihkan dan memurnikan!
Tak seorangpun hamba Allah, pria maupun wanita, dapat lolos dari pemurnian! Allah telah mengambil keputusan untuk mengangkat sampah dan kenajisan kita. Pemurnian akan menyebar dari mimbar ke bangku-bangku gereja. Bersiaplah! Allah siap dan segera akan menelanjangi semua dosa, perzinahan dan kebodohan! Roh Kudus segera akan menegur kita mengenai dosa-dosa kita. Bagaimana mungkin anda dapat main-main pada saat Allah menaruh anda dalam wadah peleburan dan menyalakan tungku apinya? Baptisan Roh Kudus akan menempatkan api itu sekarang!
Nabi Maleakhi berkata, "...hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu..." (Maleakhi 4:1).
Allah berjanji akan menghancurkan benteng si musuh. Sekali dan sekaligus Ia akan membuat setan dan dunia tahu siapa sesungguhnya yang memiliki kuasa!
Bila Allah segera akan melaksanakan apa yang telah dinubuatkan oleh para nabi, maka BETAPA MULIA MASA DEPAN YANG SEGERA DATANG SESUDAHNYA.
Tentang penulis
David Wilkerson adalah seorang penginjil yang terkenal secara internasional dan penulis lebih dari 25 buku. Orang-orang mungkin paling mengenalnya sebagai pendiri dari "Teen Challenge" dan penulis dari buku yang terkenal "The Cross and The Switchblade" (terjemahan bahasa Indonesia dengan judul "Tuhan di Sarang Penjahat"
Sumber:
Wilkerson, David. 1982. "A Christless Pentecost!". Lindale, Texas, USA: Last Days Ministries. Kode LD#45.