visit us: www.m.bagimunegeri.com
Banyak di antara kita merasa penasaran dan tidak puas dengan kehidupan yang diberikan kepada kita. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Mengapa aku diperkosa dan teraniaya ketika masih kanak-kanak?" atau "Mengapa Tuhan menciptakan rupaku seperti ini?" boleh jadi terus-menerus mengganggu kita. Dalam usaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berat dan sulit ini, ada orang yang akhirnya menuduh Allah. Kala teringat akan pengalaman-pengalaman hidup yang menyakitkan, maka kita cenderung meragukan kebaikan dan perhatian Allah atas kita. Lebih dari itu, kita meragukan keadilan Allah. Namun, apakah yang Allah katakan tentang diri-Nya?
Ada tiga aspek yang utama dari sifat Allah yang berulang-ulang disebutkan dalam Alkitab, dan dapat disebut sebagai tiga serangkai sifat Ilahi. Tiga serangkai sifat ini adalah kemurahan, keadilan dan kebenaran. Dalam Yeremia 9:24 Tuhan berkata, "...Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di muka bumi; sungguh semuanya itu Kusukai, demikian firman Tuhan."
Sayangnya, banyak di antara kita berpikir, "Tentu, aku tahu Allah ajaib dan mengerjakan ha-hal yang baik, adil dan benar... di surga!" Namun apakah Anda tahu juga bahwa Allah mengerjakan belas kasihan, keadilan dan kebenaran di sini... di bumi? Aku tidak tahu bagaimana pikiran Anda. Namun saat ini aku lebih tertarik pada apa yang dikerjakan-Nya di bumi daripada di surga. Mengapa? Karena aku diam di bumi. Di sinilah keluargaku tinggal. Di sinilah aku perlu membayar untuk barang-barang keperluan sehari-hari, mengendarai mobil, bekerja, melayani... ya, di bumi! Alkitab berkata bahwa Allah menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi, dan Ia suka melakukannya. Ia tidak berkata, "Aduh, berat sekali menunjukkan kasih... tapi harus Kulakukan!" Tidak demikian! Firman-Nya berkata, bahwa "semuanya itu Kusukai."
Hampir selalu aku heran dengan konsep keadilan. Dulu ketika aku masih sebagai seorang remaja yang belum diselamatkan, aku adalah seorang yang cepat marah dan cenderung marah karena aku dibesarkan dalam konsep keadilan yang salah. Kupikir bila seseorang memperlakukan aku dengan keliru, maka cara terbaik untuk membereskan masalah ini adalah "menghajarnya". Itulah keadilan. Dan semuanya akan beres.
Ketika menjadi Kristen, kupikir perangai angkaraku akan sirna dengan sendirinya. Ternyata tidaklah demikian. Aku pernah berpikir bahwa aku menang karena aku tidak sampai berkelahi. Namun secara emosi, pergumulan terus-menerus terjadi dalam batinku.
Karena tahu bahwa ledakan amarah ini menyakiti aku dan merusak kesaksianku bagi Kristus, maka aku menjerit memohon kepada Tuhan, "Tuhan, lepaskan aku! Bagaimana caranya? Bagaimana aku bisa bebas?" Suatu ketika aku sedang berdoa dan Tuhan menyatakan satu kata spesifik untukku. Kata itu adalah keadilan... dan Tuhan menggunakan kata ini sebagai kunci sehingga aku mencapai kemenangan sejati dalam segi kehidupanku ini.
Jadi aku mulai mempelajari kata "keadilan" ini; mencari kapan dan bagaimana kata ini dipakai dalam setiap ayat di seluruh Alkitab. Akhirnya aku tiba pada kesimpulan bahwa kita lahir dengan naluri keadilan yang kuat; suatu naluri yang dalam mengenai kewajaran. Kalau naluri keadilan ini diganggu, maka kita memilih satu dari dua pilihan: 1).mengampuni orang yang bersalah, atau 2).memegangi insiden itu sehingga kita menentang orang yang memperlakukan kita secara tidak adil itu. Memegangi insiden ini dapat menyebabkan timbulnya amarah yang dalam.
Allah berkata bahwa Ia baik, adil dan benar. Ia tidak berdusta. Namun banyak dari kita, dalam hatinya, menganggap Allah sebaliknya. Kala mengalami hal menyakitkan, kita cenderung menyalahkan Allah. Memang sulit untuk mengakui bahwa secara tersembunyi dalam hati kita, mungkin saja ada pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab mengenai keadilan Allah; dan hal ini membuat kita ragu-ragu akan keadilan-Nya.
Namun Alkitab berkata, "...Tuhan adil... tidak berbuat kelaliman. Pagi demi pagi, Ia memberi hukum-Nya; itu tidak pernah ketinggalan pada waktu fajar" (Zefanya3:5). Alkitab berkata bahwa Allah tidak pernah dapat dipersalahkan, karena Ia adalah Allah yang setia, dan tidak pernah bersalah! Memang wajar kita memikirkan tentang ada apa sebenarnya di balik keadaan yang kita alami dalam kehidupan kita, tetapi kita perlu berhati-hati sehingga pertanyaan-pertanyaan kita tidak berubah menjadi tuduhan-tuduhan melawan Allah dan menjadi akar kepahitan dalam hati kita.
Bagaimana dengan pertanyaan dan pendapat mengenai ras, kebangsaan dan kebudayaan? Berapa banyak di antara kita yang ingin memilih warna kulit kita? Kita mungkin lahir dalam suatu ras atau budaya yang tertindas. Atau dianggap sebagai "warga kelas dua". Bahkan mungkin kita merasa pahit hati karena warna kulit kita atau tempat kelahiran kita.
Selama ribuan tahun memang terjadi ketidakadilan ras yang dahsyat di planet ini, - namun kita perlu menyadari bahwa hal itu bukan berasal dari Allah! Manusia menciptakan ukuran yang berbeda untuk menilai sesamanya, namun Allah tidak memandang manusia dengan cara itu! Tangan-Nya yang adil dan penuh kasih mencapai setiap ciptaan-Nya tanpa memandang ras, kebangsaan, dan kebudayaan orang itu.
Hal lain yang tidak kita pilih adalah keluarga kita. Pernahkah suatu ketika Anda berpikir, "Allah, ini tidak adil! Mengapa Engkau memberi ibu yang seperti ini? Mengapa Engkau memberi ayah yang seperti ini?" Dan memang pertanyaan-pertanyaan seperti ini bagus. Mengapa, Tuhan?
Anda harus ingat bahwa setiap anggota keluarga Anda memiliki kehendak bebas. Ayah dan ibu anda memiliki kebebasan untuk memilih hal yang benar atau salah. Beberapa keputusan yang mereka ambil mungkin melukai Anda amat dalam. Bahkan orang tua yang mengasihi Allah bisa saja berbuat kesalahan seperti ini. Ada banyak hal yang telah terjadi, dan akan terus terjadi, sebagai akibat dari sifat ketidakadilan pada manusia. Namun Allah tidak pernah tidak adil!
Bagaimana rupa Anda? Apakah Anda memilih bagaimana rupa Anda? Seorang gadis berkata kepadaku, "Allah sungguh tidak adil! Coba lihat hidungku!" Kuperhatikan hidungnya, dan menurutku hidungnya bagus, ya... hidung yang normal. Namun ia berteriak, "Lihat, 'kan bengkok!" Kuperhatikan lebih saksama dan melihat ada sedikit saja kemiringan, namun ia terlalu membesar-besarkannya. Ia berkata, "Jika Allah adil, mengapa Ia menciptakan aku dengan hidung bengkok. Karenanya aku harus malu sepanjang hidupku!"
Kutatap gadis itu dan berkata, "Aku tidak mengerti mengapa kau mempunyai hidung yang bengkok, namun satu hal aku tahu pasti: Allah adil dalam segala jalan-Nya". Dalam Roma 12:2 Paulus berkata kepada kita, "Jangan kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu." Tentu ayat ini dapat kita hubungkan dengan sikap kita terhadap rupa fisik kita.
Masyarakat menganggap suatu bentuk hidung sebagai hidung yang menarik, sehingga kita menilai semua bentuk hidung dengan acuan tersebut. Allah tidak dapat dibatasi. Ia menciptakan bermilyar-milyar bentuk dan ukuran hidung! Sebelum menuduh Allah tidak adil dalam menciptakan kita, pertimbangkan dan pikirkan variasi luar biasa dalam ciptaan-Nya. Kita harus memandang wajah, tubuh dan kemampuan kita dari sudut pandang Allah, dan bukan mengukurnya berdasarkan ukuran keindahan dan nilai yang dicanangkan manusia.
"...pekerjaan-Nya sempurna... segala jalan-Nya adil" (Ulangan 32:4). Tahukah Anda jalan pikiran Allah? jalan pikiranNya adalah mengenai cara Ia bekerja dan cara Ia menghadapi dan memperhatikan Anda. Banyak di antara kita dapat menerima fakta bahwa Allah bekerja, namun di antara kita terdapat orang-orang yang masih saja tidak suka terhadap jalan atau cara Ia bekerja.
Seringkali kita menganggap sama antara konsep manusia mengenai keadilan dan konsep Allah mengenai keadilan, padahal keduanya tidak sama! Masih ingatkah Anda kejadian-kejadian seperti ini ketika masih kanak-kanak? Kakak atau adik Anda mendapat kue lebih besar daripada kue yang Anda terima, atau lebih lama digendong ayah. Anda mungkin berteriak, "Tidak adil!" karena bagi seorang anak kecil, adil artinya seimbang. Begitulah cara berpikir anak kecil, namun sayangnya banyak orang dewasa berpikir demikian juga! Kita menilai bagian yang kita terima berdasarkan bagian yang diterima orang lain. Kita tidak melihat lingkup yang luas.
Allah satu-satunya yang dapat melihat "lingkup luas" ini. Dengan bijaksana Ia menciptakan setiap orang dalam kerangka rencana-Nya yang kekal. Kita diciptakan berbeda karena kita memiliki tugas dan tujuan yang berbeda untuk kita penuhi dalam dunia dan dalam Tubuh Kristus. Mazmur 84:12 berkata, "Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela." Kita tidak selalu diberi karunia-karunia dan kemampuan-kemampuan yang kita inginkan, namun kita diberi hal-hal yang kita perlukan dalam rangka memenuhi tujuan Allah dalam kehidupan kita.
Coba pikirkan hal lain yang sering kita pertanyakan: jenis kelamin kita. Mungkin Anda lebih suka memilih pria...dari pada wanita, atau sebaliknya Anda lebih suka menjadi wanita daripada pria. Amat banyak orang zaman ini mempertanyakan identitas seksualnya. Apakah aku seharusnya jadi pria... atau wanita? Seandainya aku adalah pria. Seandainya aku adalah wanita. Mungkin Anda berpikir bahwa sebagai wanita Anda tidak cukup feminin, atau sebagai pria Anda tidak cukup 'macho'.
Banyak pemuda-pemudi berpikir bahwa Allah keliru dalam menciptakan mereka, karena mereka merasa tidak dapat memenuhi standar kehidupan yang ditetapkan oleh orang tua dan teman-teman mereka. Namun Allah tahu dengan tepat Ia ingin Anda menjadi seperti apa. Tidak keliru! Dalam keadilan-Nya Allah tahu dengan tepat bagaimana menciptakan Anda, dan Ia secara khusus memilih jenis kelamin Anda, lelaki atau perempuan.
Beberapa tahun yang lalu aku membimbing seorang gadis yang mempunyai sifat yang keras. Mula-mula aku menyangka ia seorang pemuda. Umurnya baru 16 tahun dan ia telah menjadi pemimpin 'gang'. Ketika aku mulai bicara tentang Tuhan, terlihat api kemarahan yang besar di matanya. Aku terus mengatakan tentang bagaimana Allah mengasihinya, dan kulihat matanya mulai berkaca-kaca. Ia menunduk dan berkata dengan perlahan, "Jika Allah adil, bagaimana mungkin ia tega menempatkan aku dalam keluarga seperti keluargaku. Aku benci Allah karena Ia memberiku keluarga seperti itu."
Ia mulai berkisah. Sebuah kisah pedih tentang bagaimana ayahnya memperkosanya ketika ia masih belia dan setelah itu melanjutkan hubungan seks dengannya selama 3 tahun. Ia benci ayahnya. Ia ingin membunuh ayahnya. Ia mulai bercerita bagaimana ia tumbuh dalam kebencian dan penolakan terhadap kewanitaannya.
Ketika membahas tentang keadilan Allah, aku menjelaskan bagaimana ketidakadilan manusia telah mengakibatkan penderitaan atas banyak orang. Kuyakinkan dia bahwa Allah tidak pernah ingin ayahnya memperkosanya, dan bahwa hati Allah tercabik karena perlakuan yang dialaminya.
Kutatap gadis itu dan berkata, "Aku tidak dapat mengatakan kepadamu mengapa ada penganiayaan seksual dalam suatu keluarga. Allah membenci dosa itu lebih daripada kau membencinya. Tetapi satu hal aku mengerti: Allah berkata bahwa Ia adil, dan Ia tidak dapat berdusta. Kau amat menderita karena kelaliman ayahmu, namun kau harus tahu bahwa Tuhan bukanlah penyebab ketidakadilan yang kau alami itu. Mempercayai kasih dan keadilan Tuhan adalah satu-satunya jalan yang dapat membuatmu merdeka dari kepedihan dan derita masa lalumu.
"Di kayu salib, Yesus merangkul keadilan Allah dan menyodorkan belas kasihan kepada kita." Kujelaskan kepadanya, "Sekarang Allah menyodorkan belas kasihan kepadamu. Jika kau datang dan percaya belas kasihan serta keadilan-Nya, maka kau dapat dibebaskan dari kebencian yang mengancam kesejahteraan hidupmu."
Aku tahu di hatinya ia bergumul, jadi aku memutuskan untuk menceritakan kesaksian dari orang-orang yang mau percaya bahwa Allah selalu adil - bahkan di tengah-tengah orang yang berbuat lalim. Kujelaskan bahwa setelah mereka mau mengambil keputusan yang berat ini, maka mereka yang hatinya terluka ini tertolong. Gadis itu terdiam sejenak. Kemudian dengan tenang ia meminta Tuhan memasuki kehidupannya.
Sungguh ajaib menyaksikan hal yang terjadi sesudah itu. Tidak pernah kulupakan saat pertama kali ia memakai gaun wanita, ia sungguh cantik. Dulu kulihat seorang gadis kaku, yang berusaha keras berdandan sebagai pria. Tidak lama setelah itu, ia berubah total.
Salah satu sukacita terbesar dalam hidupku adalah ketika berjalan bersama ayahnya dan menjelaskan bagaimana dan mengapa kehidupan putrinya berubah. Hatinya hancur, dan ia memberikan hatinya kepada Allah. Melalui pertobatan ayahnya, kami melihat seluruh keluarga ini datang kepada Tuhan. Namun bukan hanya sampai di situ. Belakangan gadis itu mengundangku untuk berbicara dengan pemimpin 'gang'nya waktu di SMU, dan hasilnya banyak anak muda datang untuk mengenal Yesus.
Semua ini terjadi karena seorang gadis yang diperlakukan secara tidak adil telah bangkit dalam iman untuk percaya pada keadilan Allah. Lalu tangan Allah dengan leluasa membawa belas kasihan-Nya kepada keluarga yang tercabik dan porak poranda oleh dosa ini.
Mungkin Anda pernah mengalami situasi yang mirip dan bertanya, "Mengapa?" Kita semua telah menderita ketidakadilan karena manusia tidak adil! Allah menantang kita untuk bangkit mengatasi semua itu dan menatap Dia; menyimak sifat-sifat-Nya dan percaya akan keadilan-Nya. Keraguan kecil akan keadilan Allah bahkan dapat saja melumpuhkan iman kita dan membuat kita sulit untuk percaya dan mempercayakan diri kepada-Nya.
Dalam Mazmur 33:5 Alkitab berkata, "Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia Tuhan". Juga Mazmur 9:16, "Tuhan telah memperkenalkan diri-Nya, Ia menjalankan penghakiman." Jadi kita tidak dapat mengenal sifat Tuhan sebelum kita datang untuk percaya pada keadilan-Nya.
Salah satu area yang sering terpengaruh oleh tidak percayanya kita terhadap Allah adalah dalam hal menerima petunjuk / pimpinan ilahi. Contohnya, di antara kita banyak yang pernah merasa bahwa Allah ingin kita berbuat sesuatu yang spesifik. Anda berfikir bahwa Anda tahu kehendak Allah, jadi Anda melompat dan langsung menjalankan rencana itu. Namun segalanya menjadi berantakan! Akibatnya sesudah itu Anda jadi takut untuk melangkah dengan iman lagi. Banyak orang Kristen masa kini tidak bergerak dalam iman karena takut. Mereka tidak percaya Allah karena mereka berpikir bahwa Allah justru yang menggagalkan mereka, atau bahwa Ia bertindak tidak adil di masa lalu.
Seorang pemuda yang terlibat penuh dalam pelayanan mengalami masa-masa sulit untuk mendengarkan Tuhan dalam doa. Suatu ketika kami berbincang berdua saja. Kukatakan kepadanya, "Ada suatu penghalang antara kau dan Allah. Setiap kali kau ingin mendengar-Nya, maka tembok itu muncul sehingga kau tidak menerima petunjuk-Nya."
Ia bercerita bahwa sebelum menjadi Kristen, hatinya pernah terluka parah karena putus cinta beberapa kali. Sebagai orang percaya yang masih baru, ia memutuskan untuk berjalan dalam kebenaran dan menyerahkan hubungannya dengan sesama dalam bentuk apapun kepada Tuhan. Tidak lama kemudian ia berjumpa dengan seorang gadis yang menarik dan ia mulai ingin mengenal gadis itu. Ia tidak membuat pendekatan sebelum ia mencari wajah Tuhan, karena ia ingin bertindak dengan "tepat".
Dengan rajin ia mulai mencari kehendak Tuhan dan meminta nasehat penatua-penatua jemaat. Setelah mereka berdoa, maka mereka merestui keinginannya. Jadi pemuda ini mulai mendekati gadis itu, dan ternyata ia tidak bertepuk sebelah tangan. Gadis itu juga merasakan hal yang sama, jadi kemudian mereka segera bertunangan.
Namun sebelum memasuki pernikahan, gadis itu pergi menjenguk keluarganya dan pulang ke kampung halamannya selama sebulan. Tapi lewat dua bulan... tiga bulan... empat bulan... akhirnya gadis itu mengirim berita bahwa ia membatalkan pernikahan. Ketika pemuda ini masih menderita dan tergoncang, ia menerima kartu undangan pernikahan gadis itu. Gadis itu menikah dengan pemuda lain.
Hatinya hancur, dan sejak itu ia menyimpan kemarahan terhadap Allah. Ia percaya bahwa Tuhanlah yang membiarkannya menderita. Namun sebenarnya ia menuduh Allah untuk hal yang bukan kesalahan-Nya.
Kita perlu menyadari kala kita berpikir bahwa kita telah menerima pimpinan Tuhan dan hal yang terjadi tidak seperti seharusnya bahkan malahan berantakan, maka ada tiga kemungkinan yang perlu kita pertimbangkan:
Jika memang dari Allah, maka ada 3 kemungkinan:
Jadi aku duduk dengan pemuda yang patah hati itu, dan berkata, "Aku percaya Allah bertindak adil terhadapmu. Jika kau menerima fakta bahwa Ia adil, maka bukan hanya akan menyembuhkan luka hatimu, namun Ia akan memberimu sesuatu yang jauh lebih baik, yang akan membuatmu tercengang."
Dengan berlinang air mata pemuda itu meminta pengampunan dari Allah atas kemarahannya terhadap Dia selama ini. Lalu kami berdoa dan memohon pemulihan. Akhirnya ia mengerti bahwa situasi ini melibatkan kehendak bebas si gadis yang dicintainya. Allah tidak melanggar kehendak bebas si gadis, meskipun keputusan gadis itu melukai seorang lain dengan parah.
Hal yang indah tentang kisah inipun terjadilah. Allah mempertemukan pemuda ini dengan seorang gadis lain. Mereka menikah dan menyerahkan hidup mereka dalam pekerjaan misi di Asia. Mereka berdua kini menjadi salah satu pasangan yang paling berdayaguna di ladang misi. Setiap kali berjumpa denganku, pemuda ini tersenyum dan berkata, "Allah adil!"
Pemuda ini tidak dapat membayangkan Allah memberinya istri yang lebih baik. Dedikasi dan panggilan-Nya dalam kehidupan gadis (yang kemudian menjadi istrinya) ini, membentuk mereka menjadi pasangan yang cocok. Allah adil!
Ketimbang membiarkan situasi yang menyakitkan membentuk sebuah tembok pemisah antara Anda dan Tuhan, lebih baik Anda menjadikannya sebuah jembatan! Tidak ada tragedi di bumi yang tidak dapat diselamatkan oleh Allah bila Anda menyerahkannya kepada-Nya. Pada akhirnya, bukan keadaan yang menentukan nasib kita, tetapi sikap kitalah yang menentukan nasib kita. Kesulitan hidup tidak dapat memisahkan seseorang dari damai Ilahi, tetapi hati yang penuh angkara dapat merampas kepenuhan hidup dalam Kristus sehingga kita kehilangan segalanya. Setiap orang harus membuat pilihan penting, yakni membiarkan keadaan menyusahkan kita, atau membuat kita semakin penuh dengan kasih.
Apakah dalam kehidupan Anda ada hal-hal menyakitkan yang menyebabkan Anda meragukan cinta dan belas kasihan Tuhan? Mungkin berupa cacat bawaan sejak lahir, cacat karena kecelakaan, penyakit yang tak tersembuhkan, atau kematian seseorang yang Anda kasihi. Kita menganggap Allah yang berkuasa atas segala sesuatu telah membuat kepedihan ini terjadi dalam kehidupan kita. Namun kita lupa bahwa hal-hal yang cacat terjadi karena kita masih hidup dalam dunia yang cacat! Sebelum Tuhan Yesus datang kembali, umat manusia akan terus dipengaruhi oleh akibat dari dunia yang telah jatuh dalam dosa.
Aku tidak mengerti hal apa yang telah terjadi dalam kehidupan Anda, namun Allah mengerti semua itu. Hanya Allah yang dapat memerdekakan Anda dari kepedihan-kepedihan yang disebabkan oleh kejadian / keadaan menyakitkan, atau oleh ketidakadilan sesama manusia di masa lalu Anda. Jika kepedihan masa lalu telah membentangkan tembok pemisah antara Anda dan Allah, maka tembok itu harus diruntuhkan sebelum kesembuhan sejati dapat menjadi kenyataan dalam kehidupan Anda. Jika Anda menolak-Nya karena meragukan sifat-Nya maka sebenarnya Anda menolak satu-satunya harapan kemerdekaan dan kesembuhan.
Saat ini juga aku ingin mendesak Anda agar mengijinkan Tuhan menyelidiki hati Anda untuk masalah-masalah tak terjawab sehubungan dengan keadilan-Nya. Bila Anda menyalahkan Allah untuk situasi-situasi pedih yang Anda alami, atau bahkan menuduh-Nya dengan marah, maka datanglah kepada-Nya dalam doa dan mohonlah pengampunan-Nya. Mintalah secara pribadi agar Anda boleh mengerti keadilan-Nya sehingga Anda dapat bebas untuk mengasihi dan mempercayai-Nya. Hal ini benar-benar merupakan langkah penting dalam pertumbauhan Anda sebagai orang Kristen, karena orang yang dapat menerima keadilan Allah justru sekaligus merupakan orang yang mengenal kedamaian Allah dalam kehidupannya.
Kalafi Moala adalah anggota staf Youth With A Mission sejak tahun 1967. Beliau melayani sebagai Koordinator Misi Sukarela Internasional. Beliau terlibat dalam sejumlah pelayanan untuk menjangkau mereka yang terhilang, dan merintis pekerjaan-pekerjaan di New Guinea, Jepang dan Hawai. Sementara ini beliau cuti dari kegiatan YWAM dan kini menerbitkan harian berbahasa Inggris di tanah airnya Tonga.
Sumber: Moala, Kalafi. 1990. "The Justice of God". (LD#114). Lyndale, Texas: Last Days Ministries.
Wow, tampilannya ganti ya? bagus, maju terus dan tambah lagi artikelnya